Ketika bangun pagi, cobalah buka jendela dan tengoklah langit di atas sana. Mungkin tidak begitu kita sadari bahwa di sana selalu ada tabir putih atau abu-abu. Jarang kita temui celah langit yang biru. Di tengah pekat polusi udara di kota, atau wilayah yang kita tempati, mendapati langit yang bersih adalah sebuah kemewahan. Atmosfer yang memberi kita udara segar dan menyehatkan.
Fenomena alam ini menjadi keprihatinan saya, karena bagaimanapun buah tanggung jawab moril saya selaku anak bangsa. Saya saksikan sekarang, langit tidak biru lagi. Anak-anak kita tidak dapat bermain di halaman dengan udara yang bersih. Layang-layang yang mereka terbangkan tidak di langit yang biru. Kenaikan permukaan air laut sebagai dampak mencairnya es di kutub selatan, banjir bandang, gagal panen, dan sejatinya, adalah cacatan kita semua untuk meminimalisir penggunaan emisi karbon yang dihasilkan industri., kendaraan bermotor, dan lain-lain.
———–
Dua paragraf tulisan di atas adalah ilustrasi yang digambarkan Muhammad Yusuf, pria asal Provinsi Riau, yang rela meninggalkan kampung halamannya sejak 26 Desember 2008 silam, dengan bersepeda keliling Indonesia.
Minggu (29/7/12) dini hari tadi, merupakan memontum bagi Yusuf menginjak kakinya di Kota Palopo, yang merupakan daerah ke 341 yang dikunjunginya. Hanya dengan berbekal sebuah sepeda, Yusuf tekun untuk membawa sebuah misi yang ditekuninya sekitar empat tahun ini, yakni mengkampanyekan perpolisian masyarakat, budaya rajin membaca, stop global warming dan go green dan tentu saja mempropagandakan sepeda itu sehat.
Bagi Yusuf, waktu selama empat tahun ini belum cukup, sebab masih tersisa sebanyk tujuh provinsi lagi yang belum dijejalkan dengan sepedanya itu. “Saya target cukup lima tahun saya akan bersepeda, sesuai rencana tahun depan sudah tuntas sudah perjalanan saya mengelilingi Indonesia,” ujarnya.
Bayangkan, sejak 26 Desember 2008, Yusuf belum sekalipun pulang ke kampung halamannya di Riau yang meninggalkan seorang putri di sana. “Saya sudah pisah dengan istri saya, dan punya seorang putri yang kebetulan ikut dengan ibunya, waktu saya tinggalkan putri saya sudah kelas III SMP, sekarang sudah sekolah di SMA kelas III,” ujar pria kelahiran Payakumbuh, 10 Maret 1964, sambil bercanda bahwa dia sudah memecahkan rekor Bang Toyib yang tidak pulang tiga kali puasa dan lebaran.
Dari perjalanannya yang belum dianggap tuntas itu, Yusuf menyimpulkan dari seluruh daerah yang pernah dikunjunginya, semuanya menyambut dirinya dengan ramah.
“Sampai saat ini saya menyimpulkan bahwa masyarakat Indonesia itu baik-baik, belum pernah saya dapati masyarakat di daerah yang saya kunjungi yang berlaku kasar terhadap saya,” ujarnya.
Di Kota Palopo sendiri, Yusuf berencana akan bertemu dengan Kapolres Palopo AKBP Fajaruddin, dan Wakil Wali Kota Palopo Rahmat Masri Bandaso, yang dijadwalkan akan dilakukan Senin (30/7/12) besok.
Pertemuan dengan dua figur tersebut, menurut Yusuf, guna menyampaikan sejumlah misi khusus yang dibawanya, yakni mengkampanyekan perpolisian masyarakat, budaya rajin membaca, stop global warming dan go green, dan tentu saja mempropagandakan sepeda itu sehat.
“Semoga besok, keduanya bersedia untuk menerima saya,” harapnya. (b)
Al-Ma’mun