Berlarut-larutnya konflik antar masyarakat di Luwu Utara membuat sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Indonesia Luwu Utara (Pemilar) memilih menduduki dan menyegel Mess Pemda Luwu Utara yang berada di Jl Pengayoman Makassar, Kamis (26/2/14). .
Pendudukan dan penyegelan Mess Pemda Luwu Utara ini merupakan buntut kekecewaan mahasiswa karena menilai tidak adanya perhatian Pemerintah kabupaten Luwu Utara dalam mengantisipasi konflik antar masyarakat di daerah itu. Padahal, mereka menilai sudah banyak korban yang berjatuhan akibat konflik komunal yang terjadi.
Salah seorang demonstran, Syahied yang dikonfirmasi mengatakan, hingga mala mini pihaknya masih melakukan pendudukan dan penyegelan Mess Pemda Lutra, hingga ada respon dari pemerintah.
Dia merincikan, dari semua rentetan konflik antar masyarakat yang terjadi di Luwu Utara, terkesan ada pembiaran yang dilakukan pemerintah. Konflik terakhir, yakni terjadi pada 14 Februari lalu, yang menyebabkan tewasnya 1 orang warga yang terkena sabetan parang.
“Kami menilai Bupati Luwu Utara, Arifin Junaidi telah gagal dalam memimpin daerah ini, dan tidak mampu memberikan rasa nyaman dan aman kepada masyarakat. Tiap harinya, masyarakat di Luwu Utara dihinggapi rasa was-was akibat konflik yang berkepanjangan ini,” ujar Syahied.
Kekecewaan mahasiswa terhadap pemerintah bertambah, akibat ketidak hadiran Bupati Luwu Utara, Arifin Junaidi saat akan membicarakan tentang persoalan konflik tersebut.
“Kami sebenarnya dijanjikan akan bertemu dengan Bupati pada tanggal 23 Februari lalu, untuk membahas tentang tindakan pemerintah untuk mengatasi konflik, sayangnya pertemuan itu tiba-tiba dibatalkan dengan alas an yang tidak jelas,” ujar Syahied.
Pihaknya menuntut akan terus melakukan pendudukan dan penyegelan Mess Pemda Lutra ini hingga Bupati Luwu Utara mau menemui mereka dan membahas persoalan tersebut.
Sebelumnya, Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Muhammad Rajab menilai Pemerintah Kabupaten Luwu Utara (Lutra), yang dinakhodai oleh Arifin Junaidi, dinilai telah gagal memimpin daerah ini. Pasalnya, selama masa kepemimpinan Arifin, konflik masyarakat tidak pernah berhenti terjadi, bahkan meluas hingga terjadi hampir di seluruh wilayah di Lutra.
Dia bahkan membeberkan daftar konflik yang terjadi di Luwu Utara, yang dinilainya terjadi hampir disetiap wilayah di daerah itu.
Berikut Daftar Konflik Luwu Utara:
- Antara Warga Desa Pongko, Kab, Luwu VS Warga Desa Pompaniki, Kab Lutra.
- Antara Warga Desa Buangin/Tarue VS Warga Trapedo Jaya/Salulaiya, di Kec, Sabbang.
- Antara Warga Desa Salulemo/Padang VS Warga Desa Baebunta/Kariango, di Kec, Baebunta.
- Antar Warga Desa Baebunta VS Warga Kelurahan Salassa, di Kec, Baebunta.
- Antara Warga Desa Pararra/Kanan VS Warga Desa Monto, di Kec, Sabbang.
- Antara Warga Desa Malimbu/Pongo VS Warga Desa Sabbang/Nase, di Kec, Sabbang
- Antara Warga Desa Baloli/Balebo VS Warga Kelurahan Kasimbong/Incor, di Kec, Masamba.
- Antara Warga Desa Rompu VS Warga Desa Laba, di Kec, Masamba.
- Antara Warga Desa Mappedeceng, Kec, Mappedeceng VS Warga Desa Baliase, Kec, Masamba.
- Antara Warga Dsun Tana Rata VS Warga Dsun Tonangka, di Desa Mappideceng, Kec, Mappideceng.
- Antara Warga Desa Sassa, Dsun Sassa VS Warga Dsun Rantepaccu di Kec, Baebunta.
- Antara Warga Desa Kopi-Kopi VS Warga Desa Karangan, di Kec, Bonebone.
- Antara Warga Desa Munte VS Warga Desa S.Karondang, di Kec, Tana Lili.
- Antara desa Kariango kanyapu dan Desa Salulemo Padang, Kec Baebunta.
(Sumber data: Muhammad Rajab/ Anggota Fraksi Partai NasDem Provinsi Sulawesi Selatan).