Pengembangan Budidaya kakao di Kabupaten Luuwu Timur sangat baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya daerah yang berkunjung ke daerah ini untuk belajar pengembangan budidaya kakao. Bahkan salah satu negara di Afrika, Pantai Gading juga telah melakukan study kakao di daerah ini.
Seperti, Sabtu (28/02/15) kemarin, 24 petani dan penyuluh yang dikirim Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) Cocoa Academy di pusat pengembangan kakao PT Mars Symbioscience di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur.
Rombongan Pemkab Jayapura ini dipimpin Kadis Pertanian Jayapura, Adolof Yoku, SP dan diterima Asisten Pemerintahan Setdakab Luwu Timur, Syahdin Halun dan Instruktur Peneliti dari PT Mars Symbioscience Indonesia Muhammad Husain Bin Furung.
“Tanaman kakao ini memang merupakan salah satu komoditi andalan di daerah kami, bahkan telah dikenal hingga ke Afrika. Jadi bukan hanya warga kita saja yang belajar, bahkan dari luar negeri seperti pantai gading juga sudah menimba ilmu ditempat ini,” jelas Syahidin saat menerima kunjungan Pemkab Jayapura.
Ia juga menggambarkan bahwa Luwu Timur memiliki berbagai komoditas unggulan seperti padi, jagung, kakao, lada, kelapa sawit dan komoditas lainnya. Hampir sekitar 80persen masyarakat Luwu Timur bergelut di bidang pertanian.
Oleh karena itu, prioritas pembangunan diarahkan pada penguatan sektor pertanian dalam arti luas dengan visi mewujudkan Kabupaten Luwu Timur sebagai kabupaten Agroindustri 2015.
Kadis Pertanian Jayapura, Adolof Yoku mengatakan peluang untuk mengembangkan komoditas kakao di Kabupaten Jayapura masih sangat besar. Menurutnya peluang ini dapat dilihat dari potensi lahan yang tersedia, kesesuaian agroklimat, SDM Petani dan Aksesibilitas yang terbangun dengan cukup baik. sejalan dengan visi kesejahteraan rakyat yang diusung Pemkab jayapura maka ini dapat diwujudkan dengan mendukung perkebunan kakao rakyat yang berkelanjutan.
Hanya saja, katanya lagi, selama sepuluh tahun terakhir terjadi penurunan produksi kakao yang cukup signifikan. hal ini disebabkan antara lain, rendahnya pegetahuan GAP (good agriculuture praktis) petani kakao, sebagian besar tanaman telah tua, tanaman rusak, penurunan kesebuburan tanah, serangan hama hingga minimnya pendampingan petani.
“Makanya melalui diklat cocoa academy ini, segala permasalahan yang dialami petani dapat ditemukan solusinya, sehingga ketika kembali dikampung halaman dapat membina petani sehingga sektor perkebunan kakao dapat menjadi tulang punggung ekonomi Jayapura,” tutupnya.