LUWU TIMUR – Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdakab Luwu Timur, Aini Endis Anrika memaparkan beberapa kondisi yang masih dialami oleh bangsa Indonesia saat ini.
Pemaparan tersebut disampaikannya saat mewakili Bupati Luwu Timur membuka Sosialisasi Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Badan Kesbangpol, di Gedung Wanita Simpurusiang Malili, Selasa (08/11/2022).
“Ada 4 kondisi tersebut, yang pertama, secara nasional dan regional Bangsa Indonesia masih dihadapkan pada situasi krisis antara lain perekonomian dan pengangguran, yang dampaknya terasa di daerah-daerah. Kedua, heterogenitas dan keagamaan Bangsa merupakan suatu keniscayaan yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, ketidak mampuan untuk mengelola serta pengaruh berkelanjutan politik kolonial devide et impera (pecah belah dan kuasai) telah mengakibatkan terjadinya beberapa gejolak/konflik yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Aini Endis.
Selanjutnya, ketiga, tercabutnya nilai-nilai religius dari akar budaya bangsa, sehingga orang ingin serba instan, tidak sabar, pragmatis, materialistis, individualis, sampai pada tingkat krisis kemanusiaan yang berbahaya. Dan terakhir, keempat, Masih adanya sikap primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan dan diskriminasi berlatarbelakang suku, agama, ras dan antar golongan (Sara).
“Guna mengatasi kondisi tersebut, maka Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan kebangsaan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada seluruh komponen bangsa dan masyarakat Luwu Timur khususnya, bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki ciri khas kebhinekaan ras, suku, budaya, dan agama dan kita bertekad untuk menjadi satu bangsa, satu tanah air, dengan satu bahasa Indonesia,” jelasnya.
Masih kata Asisten, mengkuatkan rasa nasionalisme atau rasa kebangsaan sebagai bagian dari identitas dunia yang bermartabat. Sehingga memberikan kesadaran bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan seluruh potensi alam dan penduduknya, yang wajib dijaga dari upaya-upaya pelemahan dan penguasaan dari bangsa lain.
“Dan meredam berkembangnya penonjolan sikap primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan dan mencegah disintegrasi bangsa,” pungkas Aini Endis Anrika. (*)