Kapurung: Kuliner Khas Luwu Raya yang Sarat Keunikan

Redaksi
Redaksi 2 Views
Kapurung Palopo

Bagi masyarakat Luwu Raya, Sulawesi Selatan, kapurung adalah kuliner yang tak asing lagi. Makanan khas berbahan dasar sagu ini telah menjadi bagian dari identitas budaya setempat. Namun, tahukah Anda bahwa terdapat perbedaan menarik dalam cara penyajian kapurung di dua daerah, yakni Kota Palopo (Luwu Selatan) dan Masamba (Luwu Utara)? Perbedaan ini melahirkan sebutan unik: Kapurung Selatan dan Kapurung Utara.

Kapurung Selatan: Rasa yang Terpadu

Kapurung dari Palopo, yang lebih dikenal sebagai Kapurung Selatan, sering menjadi standar dalam penyajian makanan khas ini, terutama di Makassar dan daerah lainnya di Sulawesi Selatan. Sajian ini menggabungkan rebusan kacang panjang, bayam, jantung pisang, terong, serta cacahan daging ayam, ikan, atau udang dalam satu wadah besar. Campuran ini menghasilkan perpaduan rasa asam, pedas, dan gurih yang menggugah selera.

Keunikan Kapurung Selatan terletak pada penambahan asam patikala, buah khas Sulawesi yang memberikan aroma dan rasa asam segar. Hidangan ini sering dinikmati bersama ikan bakar atau ikan parede, menciptakan pengalaman makan yang memuaskan.

Kapurung Utara: Menyajikan Kebebasan Rasa

Berbeda dengan Kapurung Selatan, Kapurung dari Masamba atau Kapurung Utara memiliki cara penyajian yang unik. Adonan sagu yang telah dibentuk menjadi bola-bola kecil (dui) disajikan terpisah dari sayur dan lauk-pauk. Rebusan sayur seperti kacang panjang, bayam, kangkung, jantung pisang, dan terong, serta lauk seperti cacahan daging ayam, ikan, atau udang, disajikan di wadah terpisah.

Proses pencampuran bahan dilakukan oleh penikmatnya sendiri, memberikan kebebasan untuk menyesuaikan rasa sesuai selera. Aroma khas Kapurung Utara berasal dari kaldu ikan yang dimasak dengan campuran asam cempa, menciptakan sensasi rasa yang mendalam.

Kapurung: Lebih dari Sekadar Makanan

Kapurung bukan hanya soal rasa, tetapi juga tradisi. Di Luwu Raya, Kapurung sering menjadi menu wajib dalam acara keluarga maupun kegiatan formal. Menariknya, Kapurung Selatan lebih sering disajikan dalam acara formal karena kemudahan penyajiannya.

Makan kapurung pun memiliki keunikan tersendiri. Karena kuahnya yang melimpah, masyarakat Luwu sering bercanda bahwa Kapurung bukan dimakan, melainkan diminum. Bola-bola sagu langsung ditelan, sementara lauk dan sayurnya tetap perlu dikunyah.

Pugalu atau Bugalu?

Nama Kapurung sendiri memiliki variasi sebutan. Di Luwu bagian utara, makanan ini disebut Pugalu, sedangkan di Luwu Selatan dikenal sebagai Bugalu. Namun, perbedaan ini tidak mengurangi kenikmatan makanan khas ini.

Obat Rindu Perantau

Bagi masyarakat Luwu yang merantau, Kapurung sering menjadi pengobat rindu kampung halaman. Membuat dan menikmati Kapurung bersama keluarga menjadi cara yang sederhana namun bermakna untuk merasakan kehangatan tanah kelahiran.

Catatan Penting

Saat menikmati Kapurung, hindari makan sambil tertawa, karena bola-bola sagunya bisa membuat tersedak! Jadi, nikmati dengan hati-hati dan sepenuh hati.

Selamat menikmati kelezatan Kapurung, kuliner khas Luwu Raya yang kaya akan cita rasa dan cerita!

Share This Article