Gema gong di Lapangan Pancasila menandai babak baru bagi para petani durian Sulawesi. Penjabat Wali Kota Palopo, Firmanza DP resmi membuka Festival Durian Se-Sulawesi yang bertema “Durian Sulawesi Siap Mendunia.”
Di bawah kolaborasi PT Dharma Guna Wibawa (DGW) dan Pemerintah Kota Palopo, ajang ini memancarkan optimisme: Sulawesi diharapkan tak hanya jadi kebun durian regional, melainkan pemain penting di pasar internasional.
Mencetak Petani Sukses
Sudut pandang festival kali ini berbeda. Jika umumnya acara serupa sekadar menonjolkan varietas durian, Festival Durian Se-Sulawesi hadir dengan misi lebih luas yakni menyiapkan para petani menjadi pengusaha tangguh.
“Bisnis durian menjanjikan. Tapi, bagaimana durian bisa menjadi sumber kekayaan bagi petani? Kita akan bahas dengan para narasumber,” ujar Ketua Panitia, Triboy Johan Rajagukguk, di hadapan peserta dan pengunjung.
Menurutnya, bukan hanya soal menanam dan menunggu buah matang, tapi juga memikirkan cara agar petani tetap berpenghasilan di sela musim panen.
Mencari Varietas Jawara
Di panggung kontes, deretan durian lokal siap dinilai para juri dari China dan Malaysia. Ajang ini merupakan kontes kedua yang digelar DGW dan diklaim sebagai festival durian terbesar di Sulawesi. Tujuannya satu: menemukan durian unggulan yang mampu bersaing di pasar global.
“Kita ingin Sulawesi bisa mengekspor durian terbaik. Dari festival ini, kita petakan varietas unggul yang layak mendunia,” ungkap Triboy.
Untuk kontes durian kali ini, sebanyak 57 kontestan yang berasal dari berbagai wilayah di Sulawesi.
Komitmen Membantu Petani dan Peran Pemerintah Lokal
CEO DGW, David Yaory, menegaskan pihaknya tak semata menggelar festival, tetapi juga berupaya membina petani Indonesia di berbagai komoditas—dari padi, jagung, hingga durian.
“Mengapa durian? Kebutuhan dunia begitu besar, sementara hanya sedikit negara yang dapat menghasilkan durian berkualitas. Kami ingin menjadikan Palopo lumbung durian Indonesia,” katanya.
Pj Wali Kota Palopo, Firmanza, menyambut hangat festival ini. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa perhelatan bukan semata selebrasi rasa durian, tapi juga wadah edukasi bagi petani.

“Melalui event ini, durian lokal yang tumbuh di kebun rakyat diharapkan menembus kontes-kontes dunia. Karena itu, peningkatan kapasitas dan pengetahuan petani menjadi perhatian kita bersama,” tuturnya.
Dia menekankan, petani adalah pahlawan yang menyulap biji kecil menjadi sumber kesejahteraan, meski kini dihadang ancaman perubahan iklim.
Sementara itu, Kepala Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (IP3OPT) wilayah I Luwu, Asdha Hafni yang hadir mewakili Pemerintah Provinsi Sulsel mengatakan mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, durian menjadi salah satu komoditas holtikultura unggulan dari Sulawesi Selatan, sehingga dengan adanya kegiatan seperti ini dapat memotivasi berkembangnya petani durian di Sulawesi Selatan.