Di bawah terik matahari yang menyinari tanah Kecamatan Angkona, suara gemerisik dedaunan tertiup angin berpadu dengan alunan mantra suci.
Aroma dupa membumbung tinggi, menyatu dengan kesedihan dan penghormatan dalam prosesi sakral Ngaben yang berlangsung di Desa Tawakua dan Balirejo, Rabu (12/03/2025).
Raut wajah penuh haru dan keteguhan tampak di antara para pelayat yang berkumpul, mengenakan pakaian adat khas dan ikat kepala yang melambangkan kearifan budaya setempat.
Di tengah suasana tersebut, Wakil Bupati Luwu Timur, Puspawati Husler, hadir dengan penuh kepedulian.
Mengenakan baju putih dengan jilbab hitam yang anggun, beliau menyapa satu per satu anggota keluarga, mengulurkan tangan sebagai tanda belasungkawa.
“Ngaben bukan hanya upacara pemakaman, tapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada arwah yang telah meninggal,” ujarnya dengan suara penuh kelembutan namun tegas.
Perjalanan beliau tidak berhenti di dua lokasi Ngaben saja. Kehadiran beliau juga terasa di rumah duka di Desa Lamaeto dan Desa Solo, tempat keluarga yang berduka menanti uluran kasih dan doa dari sanak saudara serta masyarakat sekitar.
Suasana haru terlihat jelas, dengan mata yang berkaca-kaca dan pelukan hangat yang menjadi penguat bagi mereka yang ditinggalkan.
Di sela-sela prosesi, Puspawati menyampaikan apresiasi terhadap masyarakat Hindu di Kecamatan Angkona yang tetap menjaga tradisi dan budaya mereka dengan teguh.
“Kita harus bangga dengan keberagaman budaya dan tradisi yang ada di Luwu Timur,” tegasnya, disambut anggukan setuju dari para tokoh masyarakat yang hadir.
Turut mendampingi dalam prosesi ini, Plt Kepala Dinas Sosial P3A Lutim, Muhammad Yusri, Camat Angkona, I Putu Gede Sudarsana, dan Anggota DPRD Muhammad Iwan.
Prosesi Ngaben hari itu bukan hanya menjadi simbol perpisahan, tetapi juga bukti bahwa budaya dan tradisi tetap hidup di hati masyarakat Angkona.
Sementara bara api dalam prosesi perlahan meredup, semangat untuk melestarikan warisan leluhur justru semakin menyala dalam sanubari mereka.