Suara sirine meraung keras di udara Anjungan Desa Wewangriu, Kecamatan Malili, Sabtu pagi (26/4/2025). Puluhan pelajar berseragam merah putih tampak bergegas keluar dari ruang kelas. Beberapa di antaranya terlihat cemas, namun antusias mengikuti arahan dari petugas berseragam merah, oranye, dan abu-abu.
Hari itu, suasana SDN 226 Patande berubah menjadi lokasi latihan simulasi bencana. Pemerintah Kabupaten Luwu Timur melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggelar kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional 2025. Tujuannya jelas, yakni membekali warga, terutama generasi muda, dengan keterampilan dasar menghadapi situasi darurat.
Di tengah kerumunan, dua petugas – satu berseragam Satpol PP dan satu lagi dari BPBD – dengan cekatan membawa tandu berisi “korban” ke area evakuasi. Sementara seorang petugas SAR lainnya mengarahkan jalannya proses dengan tegas.
Wajah-wajah kecil para siswa memancarkan rasa ingin tahu, sebagian serius memperhatikan, sebagian lainnya berbisik-bisik kecil, mungkin membahas kejadian simulasi yang mereka saksikan. Tidak hanya pelajar, simulasi ini juga menarik perhatian warga sekitar.
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan BPBD, tetapi juga TNI AL, TNI AD, Tagana, SAR, Puskesmas Malili, Baznas, Basarnas, Damkar, Satpol PP, PT Vale Indonesia, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan. Kolaborasi lintas sektor ini membuat simulasi berjalan lebih nyata dan sistematis.
Sekretaris Daerah Luwu Timur, Bahri Suli, hadir menyaksikan langsung. Dia menyampaikan apresiasi atas semangat para peserta, khususnya para siswa yang begitu antusias.
“Ini bukan sekadar latihan, ini pendidikan tentang keberanian, kesiapsiagaan, dan solidaritas. Kita harus membangun generasi yang siap menghadapi segala kemungkinan,” ujarnya.
Simulasi bencana meliputi sejumlah skenario bencana, seperti gempa bumi, kebakaran, dan insiden tenggelam di pinggir Sungai Patande. Setiap skenario diperagakan dengan detil, termasuk proses evakuasi dan penanganan korban.
Bahri Suli menambahkan, pemerintah berencana menggelar kembali latihan serupa dengan skala lebih besar pada Juni 2025. Dia berharap latihan seperti ini menjadi tradisi baru di Luwu Timur, agar masyarakat semakin tangguh menghadapi ancaman bencana.
Di bawah langit cerah pagi itu, di sela hiruk-pikuk latihan, ada optimisme yang tumbuh, generasi muda Luwu Timur sedang belajar menjaga dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya, sebuah investasi penting untuk masa depan yang lebih aman.




