Suasana politik Kota Palopo berubah drastis dalam hitungan bulan. Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan diskualifikasi terhadap Trisal Tahir, Calon Wali Kota Palopo dari panggung Pilkada 2024, publik menantikan arah dukungan baru.
Yang tak banyak diduga, istri Trisal, Naili, justru tampil menggantikan posisi sang suami dan memimpin pasangan nomor urut 4 menuju kemenangan mutlak dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) yang digelar pada 24 Mei 2025.
Dari semula hanya dikenal sebagai istri seorang pengusaha dan tokoh politik, Naili kini menjadi Calon Wali Kota terpilih Palopo 2025–2030, mengantongi 47.349 suara atau 50,53 persen dari total suara sah sesuai hasil rekapitulasi di KPU Palopo beberapa waktu lalu.
PSU yang berlangsung di seluruh TPS di Kota Palopo menjadi panggung pembuktian kekuatan mesin politik pasangan Naili-Akhmad. Dalam waktu singkat, mereka tidak hanya mampu mempertahankan dukungan sebelumnya, tapi justru memperluasnya secara signifikan.
Sebelumnya, pada Pilkada 27 November 2024, pasangan Trisal-Akhmad unggul tipis dengan 33.933 suara dari paslon nomor urut 2, Farid Kasim Judas-Nurhaenih, yang memperoleh 33.338 suara. Namun karena pelanggaran administratif, MK memutuskan membatalkan perolehan suara itu dan mendiskualifikasi Trisal serta memerintahkan menggelar PSU.
Di tengah ketidakpastian, Naili diusung menggantikan suaminya. Peralihan ini bukan tanpa risiko, mengingat profil Naili yang belum dikenal luas di ranah politik lokal. Namun hasil PSU membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat tidak hanya tetap, tapi meningkat drastis.
Paslon | 2024 (Pilkada) | 2025 (PSU) | Selisih |
Trisal-Ome / Naili-Ome | 33.933 | 47.349 | +13.416 |
Farid Kasim Judas-Nurhaenih | 33.338 | 35.058 | +1.720 |
Rahmat Masri Bandaso-Andi Tenri | 19.484 | 11.021 | -8.463 |
Putri Dakka-Haidir Basir | 7.729 | 269 | -7.460 |
Siapa Naili?
Publik mengenalnya sebagai ibu rumah tangga dan pendamping setia Trisal Tahir, CEO Aweidhia Group. Namun di balik layar, Naili memiliki latar belakang yang jauh lebih kompleks. Dia lahir di Palopo pada 27 Juli 1981.
Selain itu, dia menjabat sebagai Komisaris Utama di tiga perusahaan besar dalam grup Aweidhia: PT Aweidhia Maritim Utama, PT Aweidhia Global Indonesia, dan PT Aweidhia Ship Management. Dia juga merupakan pemegang saham mayoritas di induk usaha tersebut.
Dengan jejak rekam yang lebih kuat di dunia bisnis dibandingkan politik, langkah Naili untuk maju sebagai calon Wali Kota sempat diragukan. Namun justru itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih: hadirnya sosok baru, segar, namun sudah terlatih dalam mengelola sistem dan organisasi besar.
“Saya memang ibu rumah tangga. Tapi bukan berarti saya tidak tahu bagaimana memimpin,” kata Naili di beberapa kesempatan.
Kemenangan Naili tak bisa dilepaskan dari narasi simpati publik setelah keputusan MK. Banyak pendukung Trisal yang merasa kecewa dan termobilisasi untuk kembali mengamankan kemenangan, kali ini melalui sang istri.
Selain itu, kemampuan tim pemenangan untuk menjaga ritme kampanye, memodernisasi pendekatan, serta memainkan isu kesetaraan dan representasi perempuan turut memperkuat posisi Naili di mata pemilih.
Tak kalah penting, pasangan Naili-Akhmad mampu memanfaatkan kekosongan figur alternatif yang dianggap mampu menjawab kejenuhan atas tokoh lama. Farid Kasim Judas, misalnya, hanya naik sedikit dari Pilkada 2024 ke PSU, sementara pasangan lain justru anjlok tajam.
Reaksi Para Rival
Usai perhitungan suara PSU, sejumlah rival Naili turut menyampaikan sikap.
Farid Kasim Judas secara terbuka menerima hasil tersebut. “Hasilnya menempatkan kami pada perolehan suara terbanyak kedua. Kami FKJ-Nur menyampaikan ucapan selamat kepada ibu Naili bersama pak Akhmad Sarifuddin atas raihan suara terbanyak,” ujarnya.
Dia juga mengimbau seluruh tim dan simpatisannya untuk mendukung pemerintahan baru. “Mari kita sama-sama mendukung pasangan calon terpilih dalam menjalankan pemerintahan,” kata Farid.
Sementara itu, Rahmat Masri Bandaso menegaskan pihaknya masih menunggu hasil resmi dari KPU. “Langkah-langkah akan kami lakukan setelah ada pengumuman dari KPU yang resmi, hasil dari pada rekap suara secara manual. Nanti setelah itu baru kita buat langkah-langkah selanjutnya. Yang jelas bahwa kita harus menghormati dulu proses perhitungan,” katanya.
Adapun Haidir Basir menilai perubahan perolehan suara sebagai dinamika biasa dalam politik. Dia mengakui kekalahan dengan lapang dada. “Pada prinsipnya saya telah mengakui keunggulan pasangan nomor urut 04 Naili -Ome. Ini sebuah realita dari hasil perolehan pemilihan PSU pada tanggal 24 Mei 2025,” ungkap Haidir.
Kini, setelah euforia kemenangan, Naili dan Akhmad menghadapi tugas yang jauh lebih berat, yakni membuktikan bahwa suara terbanyak di TPS bisa diterjemahkan menjadi kepemimpinan yang inklusif, profesional, dan berpihak pada kebutuhan rakyat.
Palopo, yang dalam setahun terakhir diramaikan oleh sengketa hukum dan ketidakpastian politik, kini memiliki kesempatan untuk menata ulang arah pembangunan dan pemerintahan.