Senyum polosnya memancarkan keteduhan. Khadijah, gadis kecil berusia 5 tahun 4 bulan asal Luwu Timur, punya keistimewaan yang jarang dimiliki anak seusianya. Di balik tubuh mungilnya, tersimpan hafalan 30 juz Al-Qur’an yang ia kuasai dengan penuh kesungguhan.
Putri bungsu pasangan Habibi dan Tasmaufiha ini mengikuti jejak sang kakak, Mutia, yang lebih dulu menyelesaikan hafalan di usia 5 tahun 8 bulan. Kini, Khadijah bersiap melangkah ke panggung nasional mengikuti audisi hafidz cilik, membawa nama keluarga sekaligus kebanggaan daerahnya.
Habibi, sang ayah, tak pernah menyangka perjalanan sederhana mereka berbuah hasil luar biasa.
“Tidak ada metode khusus, setiap malam sebelum tidur kami perdengarkan murottal Al-Qur’an. Setelah itu mereka rutin mengulang hafalan,” katanya dengan nada rendah hati.
Kisah Khadijah mengalir dari ruang keluarga yang sederhana menuju perhatian publik. Bahkan Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, memberikan apresiasi khusus dengan mengundangnya ke Kantor Bupati Luwu Timur, di Malili. Dalam pertemuan itu, sang bupati tampak bangga sekaligus terharu.
“Ini bukan hanya kebanggaan keluarga, tetapi kebanggaan seluruh masyarakat Luwu Timur. Semoga Khadijah terus menjaga hafalannya dan membawa nama baik daerah kita,” ucap Irwan.
Di tengah arus modernisasi dan derasnya gempuran teknologi, Khadijah dan Mutia menjadi bukti nyata bahwa kecintaan pada Al-Qur’an bisa tumbuh subur sejak usia dini. Mereka tidak hanya menghafal, tetapi juga menghadirkan teladan bagi keluarga muslim lainnya.