Luwuraya.comLuwuraya.comLuwuraya.com
  • Berita
    • Metro
    • Hukum
    • Politik
    • Ekonomi
    • Pendidikan
    • Luwu Timur
    • DPRD Luwu Timur
  • Wisata
    • Budaya
    • Kuliner
    • Rekreasi
  • Infografis
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Hoby
    • Komunitas
  • Lainnya
    • Foto
    • Video
    • Opini
    • Sport
Reading: Kapurung Juga Dimakan Di Belanda
Font ResizerAa
Luwuraya.comLuwuraya.com
Font ResizerAa
Cari
  • Berita
    • Metro
    • Hukum
    • Politik
    • Ekonomi
    • Pendidikan
    • Luwu Timur
    • DPRD Luwu Timur
  • Wisata
    • Budaya
    • Kuliner
    • Rekreasi
  • Infografis
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Hoby
    • Komunitas
  • Lainnya
    • Foto
    • Video
    • Opini
    • Sport
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pengaduan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Metro

Cegah Penyebaran Rabies, Pemkab Luwu Timur Adakan Vaksinasi Gratis di 11 Kecamatan

Ekonomi

Bupati Lutim Tunjuk Kadis DLH Koordinir Penanganan Pipa Bocor Milik PT Vale

Sport

Seru! Lakawali Pantai FC Akhirnya Angkat Trofi Usai Tekuk Balantang FC Lewat Adu Finalti

Sport

Ada Hadiah Sepeda dari Wakil Presiden RI Pada Malam Resepsi Kenegaraan di Luwu Timur

Pendidikan

Malam Resepsi HUT ke-80 RI, Bupati Lutim Apresiasi Pelatih dan Anggota Paskibra

Pendidikan

Luwu Timur Diganjar Mega Buana Award 2025, Bukti Serius Dukung Pendidikan

Ekonomi

Pemkab Luwu Timur Tidak Naikkan PBB, Justru Gratiskan Sejumlah Retribusi

Ekonomi

Animo Peserta Tinggi, KKLT Gelar Pelatihan Memasuki Dunia Kerja Khusus Pemuda Luwu Timur

Beranda » Berita » Kapurung Juga Dimakan Di Belanda
Kuliner

Kapurung Juga Dimakan Di Belanda

Redaksi
Redaksi 17 Februari 2011
Share
Kapurung
SHARE

Kapurung atau papeda salah satu makanan tradisional Tanah Luwu yang disukai dua suku bangsa Indonesia. Diantaranya adalah Suku Luwu asal dari tanah Luwu Sulawesi Selatan dan suku Ambon dan Maluku pada umumnya.

Karena terkenalnya makanan kapurung ini di Tana Luwu, hingga pernah memecahkan rekor MURI beberapa waktu lalu, makan kapurung bersama di kota Palopo, yang diikuti puluhan ribu peserta, penduduk dari kota Palopo duduk bersama makan kapurung.

Dari suku-suku Luwu dan Ambon yang masih tradisional, ke mana pun dia pergi dan di mana pun mereka berada, tetap mengingat makanan tradisionalnya yang bernama kapurung atau pepeda, kendati pun berada dibelahan dunia barat, Negeri Kincir Angin, Negera Belanda.

Sebagai mana kita tahu suku Luwu yang terpencar keberbagai kepulauan di indonesia dan mendiami berbagai kota, mereka pada kesempatan tertentu, saling mengajak untuk berkumpul bersama dan makan bersama dengan obyek ‘makan papeda atau kapurung), nama lain dari kapurung juga Luwu selatan dinamai – bugalu’.

BACA JUGA:

Pemkab Luwu Timur Siapkan Pesisir Danau Matano Jadi Pusat Kuliner Sorowako

Tetapi papeda ini bukan saja makanan tradisional orang Luwu, melainkan juga orang-orang Ambon yang masih tradisional. Orang Ambon kendatipun sudah berada di luar negeri, papeda ini tetap menjadi makanan kegemaran mereka.

Kapurung, asal bahan bakunya dibuat dari sagu, patik sagu. Kalau situasi dan  tempat yang kadang tidak selamanya mengizinkan untuk mendapat sagu, mereka dari penggemar papeda ini mendapat cara lain menemukan sejenis bahan papeda yang diambil dari kanji atau tepung tapioka.

Untuk mendapatkan tepung tapioka tentu tidak susah kalau berada di Indonesia, karena dimana-mana dapat ditemukan bahannya. Karena tepung tapioka mudah diperoleh di daerah beriklim panas atau daerah tropika.

Bagai mana dengan suku Ambon dan suku Luwu yang berada diluar negeri, katakanlan di Negeri Kuncir angin, Negeri Belanda? Mereka tidak kehabisan akal mencari bahan baku papeda, mereka mencoba berbagai macam tepung.

Perjalanan masa, setelah berada dirantau, panasaran untuk makan pepeda, orang orang Ambon yang berdomisili di Negeri Belanda sejak tahun 1951, mereka mencoba menemukan bahan baku dari papeda, selain dari pada sagu dan kanji. Bahan papeda pengganti sagu, ditemukan dari tepung kentang yang disebut dalam bahasa Belanda ‘aardappelzetmeel’.

 

Tepung ini sebenarnya orang-orang Belanda peruntukan untuk membuat extra voeding, semacam kue-kue untuk makanan ekstra. Tepung yang dibuat dari kentang ini, lebih putih dan bersih penampilannya apabila dibanding dengan sagu asli.

Orang Ambon yang berkenalan baik dengan orang Luwu di Negeri Belanda, kadang diwaktu zomer (musim panas) saling mengajak makan papeda atau acara makan papeda bersama dirumah salah seorang diantara mereka.

Cara orang orang Ambon dan Luwu membikin papeda dasarnya sama saja, yakni, sagu dilarut dalam waskom dengan air dingin, kemudian dikorek encer dengan sudu, langsung dituangi air mendidih, sementara sagunya dikorek terus, hingga menjelma menjadi bentuk gelugur, semacam lem yang lebih padat.

Tetapi dalam mempersiapkan papeda untuk dihidangkan, cara orang Ambon dan orang Luwu berbeda. Hal ini dilakukan di negeri Belanda. Orang-orang Ambon mengenal dengan ‘papedabalek’, maksudnya bahan lauknya terdiri dari colo-colo (kecap encer dicampur tomat mentah, berambang, lombok dan ikan blik) selain hal ini, juga lauknya dibuat dari ikan palala, ikan makeril atau ikan kabeliuw dimasak dengan azam azijn (azam Belanda), bersama dengan kuah. Ikan ini ditaruh dalam piring dan papedanya di balek.

Maksudnya dibuntal agak besar, sebesar dasar dari piring makan dan mereka memakan tidak menggunakan sendok dan garpu, tetapi langsung dengan tangan ke mulut. Menurut mereka, cara ini simpel, maksudnya sederhana dan cepat siap dihidangkan.

Sementara orang Luwu menyiapkan hidangan kapurung dengan caranya sendiri. Memang memakan waktu dalam menyiapkannya. Karena setelah siap diwaskom habis disiram air panas, harus dibuntal kecil-kecil, sedikit lebih besar dari biji kemiri ke dalam air dingin dilain waskom. Sayurnya dimasak tersendiri, dimana didalamnya dicampur dengan daging sapi atau ayam yang sudah diiris kecil-kecil atau boleh juga udang.

Selain itu sudah disiapkan dicobekan lombok yang diulek bersama garam, udang kering atau sedikit terasi digilas halus bersama sedikit kacan tanah, kemudian diceburkan bersama sayur-mayur selaku lauk-pauk dan dicampur bersama papeda yang sudah dibuntal kecil diwaskom, baru waskomnya diletakkan ditengah. Kemudian ditimbah oleh masing-masing hadir kedalam piringnya, sesuai dengan selera pemakan. Kemudian mereka  memakan dengan menggukan sendok dan garpu.

Tetapi acara papeda ini, dilakukan oleh orang-orang Luwu perantau, biasanya kalau bertemu beberapa orang sesama orang Luwu, utamanya yang ada dirantau, diluar tanah Luwu, baik di Makassar, Jakarta dan termasuk yang ada di Nederland juga berlaku kebiasaan ini. (Hamus Rippin/ Seorang warga Luwu yang tinggal di Belanda)

Baca Juga Berita Rekomendasi Lainnya

DPD PAN Palopo Rayakan HUT RI dan Milad ke-27 dengan Lomba Rakyat Meriah

Bulog Palopo Pastikan Stok Beras Aman 32 Ribu Ton Hingga Akhir Tahun

Kepala Daerah se-Tana Luwu Bertemu Wali Kota dan Kapolrestabes Makassar, Bahas Isu Ketegangan Mahasiswa

Ribuan Anak Padati Kantor Wali Kota Palopo di Peringatan HAN ke-41

UIN Palopo Segera Diresmikan, Pemkot Dorong Sinergi Pembangunan Pendidikan

Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Email Copy Link Print
Previous Article Pesona Kuburan Purbakala Kete Kesu
Next Article Ini Dia Musium Sepatu Terbesar Di Dunia
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pengaduan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Menu
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pengaduan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
© Kawal Media Consulting. Luwuraya Media Kreatif. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?