Cerita menarik baru saja meluncur dari mulut seorang teman. Wanita yang setiap harinya berseragam putih-putih ini bercerita tentang sebuah peristiwa yang terjadi di Puskesmas, tempat di mana dia bertugas sekarang. Katanya, seorang pasien, sebut saja namanya Aco, mengeluh kesakitan akibat cincin batu akik yang melingkar di jari manisnya ?mencekik? jarinya yang kekar.
Dokter Puskesmas yang menangani pasien tersebut tersenyum simpul ketika melihat wajah si pasien yang mengerang kesakitan sembari memegang tangannya. Dilihat dari wajahnya, cerita teman saya tadi, pria tersebut tampak menahan sakit. Jari manisnya membengkak yang membuat batu akik yang berukuran besar tersebut nampak kerdil di hadapan jari manisnya itu sendiri.
Menurut sang dokter, sungguh sangat disayangkan jika batu akik yang begitu indah dipandang mata harus dihancurkan demi menyelamatkan jari manis si pasien. Kata teman saya, seandainya batu itu bisa diselamatkan, tentu si dokter akan sangat senang. Namun sayang, salah satunya harus dikorbankan. Apakah batu yang diselamatkan dengan konsekuensi jari manis pasien tidak manis lagi alias membengkak selamanya, ataukah jari manis yang harus diselamatkan dengan konsekuensi batu akik yang cantik tapi mencekik itu hancur berkeping-keping.
Buat si dokter, opsi yang kedua tentu lebih bijak karena tugas dokter menyelamatkan si pasien, bukan menyelamatkan batu. Diambillah langkah cepat dengan menyuntik jari manis si pasien dengan suntikan anestesi guna menghilangkan rasa sakit sementara di jari manisnya. Akhir cerita teman saya tadi, dokter sukses menyelamatkan jari manis pasien dari cengkeraman batu akik yang cantik tapi mencekik itu.
Ada hikmah yang bisa kita petik dari kejadian tersebut. Bahwa yang namanya batu, tidak selamanya bisa membantu. Apakah membantu dalam hal penampilan fisik, ekonomi ataukah hal-hal mistik lainnya. Dikisahkan oleh HR. Muslim bahwa Rasulullah SAW juga pernah mengenakan batu cincin di jari kanannya.
Namun, dikisahkan juga bahwa Rasulullah SAW pernah membuang batu cincin yang melingkar di jari kanannya saat akan menaiki mimbar. Dan Beliau SAW bersabda: ?Demi Allah, aku tidak akan mengenakannya selama-lamanya.? Maka manusia yang menyaksikannya saat itu pun membuang cincin mereka.? (HR. Muslim). Di balik kantong peristiwa tersimpan hikmah di dalamnya. Semoga bermanfaat. (Lukman Hamarong)