Komisi III DPRD Luwu Timur bidang pembangunan saat ini melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan pihak PT PLN wilayah rayon Malili yang berlangsung diruang ketua DPRD, Selasa (7/11/17).
Dari hasil RDP tersebut diketahui jika daya untuk aliran listrik di daerah yang dijuluki Bumi Batara Guru ini ternyata surplus atau melebih kebutuhan di Luwu Timur yakni 13 MegaWatt (MW) hingga 14 MW beban puncak.
Hal itu disampaikan Manager PT PLN rayon Malili, Daen Madika dihadapan anggota dewan komisi III dan para camat se Luwu Timur. Madika menjelaskan, ada empat sumber daya yang saat ini telah dikelola di kabupaten Luwu Timur.
Empat sumber daya itu, kata Madika yakni, dari PT Vale Indonesia, 10,7 MW, PLTB Solo, 5 MW, Saloanoa, 0,6 MW dan dari luar Luwu Timur atau Masamba, 1,5 MW. “Daya di Luwu Timur ini surplus dari beban puncak yakni, 13 hingga 14 MW atau kebutuhan,” ungkapnya.
Hanya saja, kata Madika, pemadaman listrik yang kerap terjadi akhir – akhir ini disebabkan karena banyaknya gangguan seperti, gangguan pohon, hewan dan material PLN yang rusak.
“Untuk frekuensi gangguan saat ini ada penuruan sekitar 50 persen dibandingkan tahun lalu. Penyebabnya adalah pohon, hewan dan material yang rusak. Yang paling sering terjadi adanya kawat yang terburai namun kondisinya sudah aman sampai saat ini,” ungkapnya.
Sementara itu, ketua komisi III DPRD Luwu Timur, Herdinang menyarankan agar PT PLN mengembalikan daya listrik tersebut untuk dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda) atau PT Vale Indonesia jika tidak mampu menyelesaikan permasalahan pemadaman ini.
“Terbukti, berapa kali dilakukan hearing PLN di DPRD juga masih kerap mati lampu. Kami berharap agar PLN transparan ke masyarakat untuk menyampaikan gangguan apapun itu agar masyarakat paham,” ungkapnya.