Penyakit mulut dan kuku (PMK) mulai menjadi perhatian serius di Sulawesi Selatan, termasuk di Luwu Raya. Dinas Peternakan Provinsi Sulsel mencatat 388 ekor sapi terjangkit PMK, dengan tiga di antaranya dilaporkan mati.
Kabid Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner, Sariyanti Haruni, mengatakan kasus kematian akibat PMK masih tergolong rendah. Namun, langkah antisipasi terus dilakukan untuk menekan angka penyebaran, terutama di wilayah rawan seperti Kabupaten Gowa, yang mencatat kasus tertinggi di provinsi ini.
“Kematian akibat PMK di Sulsel tercatat tiga ekor. Dari total 388 kasus, Kabupaten Gowa menjadi yang tertinggi dengan laporan 145 ekor sapi terjangkit,” kata Sariyanti.
Di Luwu Raya, potensi penyebaran PMK mulai diantisipasi dengan pengawasan ketat dan edukasi kepada peternak. Hewan yang terjangkit diisolasi, sementara vaksinasi diberikan kepada sapi yang masih sehat untuk mencegah penularan lebih luas.
“Di beberapa wilayah, termasuk Luwu Raya, kami sudah melakukan isolasi terhadap hewan yang terinfeksi. Hewan yang sehat juga mendapat vaksinasi untuk melindungi mereka dari risiko PMK,” jelas Sariyanti.
Pemerintah juga mengimbau para peternak untuk aktif melaporkan gejala PMK pada hewan ternak mereka, seperti lepuhan di mulut atau kuku, serta penurunan nafsu makan. Langkah ini dinilai penting untuk mempercepat penanganan dan meminimalkan dampak ekonomi di sektor peternakan lokal.
“Peternak perlu waspada, karena PMK bisa menyebar dengan cepat. Kerja sama antara peternak dan pemerintah sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas peternakan,” tambah Sariyanti.