Program Pesantren Mahasiswa Ma’had Al-Jami’ah IAIN Palopo kembali digelar untuk angkatan kedua pada tahun 2025.
Program ini menjadi wadah bagi para mahasantri dalam memperdalam wawasan keagamaan, membentuk karakter yang lebih baik, serta mengasah keterampilan personal mereka.
Selama program berlangsung, para peserta mengikuti berbagai materi, di antaranya pembinaan aqidah, bimbingan tahsin dan tajwid (BTQ), akhlak, serta syariah.
Selain itu, mereka juga mendapatkan pembelajaran tentang manajemen waktu berbasis nilai-nilai Islam serta kajian tematik seputar moderasi beragama.
Sekretaris Ma’had Al-Jami’ah IAIN Palopo, Nurhayati Usman, mengungkapkan antusiasme peserta sangat tinggi dalam mengikuti setiap sesi kegiatan.
“Mereka sangat aktif dalam berdiskusi, mengajukan pertanyaan, dan memberikan tanggapan selama penyampaian materi. Hal ini menunjukkan semangat mereka untuk belajar dan memahami lebih dalam tentang ajaran Islam,” ujarnya, Selasa (11/2/2025).
Dalam sesi tahsin Al-Qur’an, banyak peserta yang berinisiatif meminta koreksi langsung dari pengajar agar dapat meningkatkan kualitas bacaan mereka.
Materi manajemen waktu juga mendapat respons positif, di mana para peserta merasakan manfaatnya dalam mengatur kehidupan akademik mereka dengan lebih disiplin.
Pada tahun ini, seluruh santri mengikuti program pemondokan selama 21 hari dengan pembagian kelas berdasarkan tingkat kemampuan mereka. Sebelum memulai kegiatan, peserta menjalani placement test untuk mengukur kemampuan mereka dalam membaca Al-Qur’an.
Selain penguatan akhlak, program ini juga menghadirkan kajian kitab Ta’lim al-Muta’allim yang mengajarkan etika dan adab dalam menuntut ilmu. Hal ini tidak hanya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, tetapi juga membentuk karakter mahasiswa agar lebih berakhlak mulia.
Sejalan dengan arahan Rektor IAIN Palopo, Abbas Langaji, dan Direktur Ma’had Mardi Takwim, program ini menargetkan peningkatan literasi keagamaan mahasiswa.
“Kami berharap kebiasaan baik, seperti disiplin dan menjaga shalat lima waktu, bisa terus terbawa dalam kehidupan sehari-hari mereka setelah program ini berakhir,” harap Nurhayati.