Kondisi Pasar Sentral Makassar memprihatinkan. Dari total 900 kios yang tersedia di dalam area pasar, sebanyak 700 kios dibiarkan kosong dan tidak dimanfaatkan.
Ironisnya, justru lebih banyak pedagang memilih berjualan di luar gedung pasar, memadati area sekitar dan menciptakan kesemrawutan.
Ketua Komisi B DPRD Makassar, Ismail, menyampaikan kekhawatirannya terkait situasi ini.
Dia menilai, pasar yang dibangun untuk menampung dan menata pedagang justru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
“Ini pasar modern yang kita bangun agar lebih rapi, lebih nyaman. Tapi sekarang justru makin semrawut karena pedagang enggan masuk dan memilih berjualan di luar,” tegas Ismail, Rabu (26/3/2025).
Ismail menjelaskan, hanya sekitar 200 kios yang terisi dari total 900. Sementara itu, area luar pasar justru dipenuhi lapak-lapak liar yang tak hanya melanggar ketertiban, tetapi juga menandakan ketidakfungsian fasilitas yang sudah dibangun dengan biaya besar.
Menurutnya, lingkungan di dalam pasar yang panas dan tidak nyaman menjadi alasan utama para pedagang dan pembeli enggan beraktivitas di dalam gedung.
“Lingkungannya pengap, terkesan kumuh, pembeli malas masuk. Akhirnya pedagang ikut keluar, karena mereka juga butuh pembeli,” lanjutnya.
Ismail menyebut kondisi ini sebagai bentuk pemborosan aset publik, dan meminta PD Pasar Makassar Raya serta kepala pasar untuk segera bertindak.
Dia menekankan perlunya solusi nyata, mulai dari perbaikan fasilitas hingga pendekatan langsung ke pedagang.
“Kalau dibiarkan, ini mubazir. Pasar sudah dibangun, tapi tidak dimanfaatkan. Harus ada kebijakan cepat agar kios kembali terisi dan fungsi pasar berjalan normal,” tegasnya.
DPRD Makassar menilai kegagalan ini bukan hanya soal manajemen pasar, tapi juga kegagalan dalam memastikan layanan publik yang efektif dan efisien.
“Kepala pasar jangan pasif. Harus jemput bola, bicara dengan pedagang, evaluasi fasilitas, dan ciptakan suasana yang membuat orang mau masuk ke dalam pasar,” tutup Ismail.