Pemerintah Kabupaten Luwu Timur (Lutim) menunjukkan hasil nyata dalam upaya percepatan penurunan stunting. Wakil Bupati Luwu Timur, Puspawati Husler, yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), memaparkan capaian penurunan prevalensi stunting dari 26% menjadi 21,8% pada tahun 2024.
Paparan ini disampaikan Puspawati dalam sesi evaluasi 8 Aksi Konvergensi Penurunan Stunting yang digelar secara daring oleh Tim Penilai Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu (28/5/2025), dan dipusatkan di Aula Media Centre Diskominfo-SP Lutim.
“Ini bukti kerja kolaboratif lintas sektor dan dukungan seluruh elemen masyarakat. Anak-anak kita tumbuh lebih sehat, keluarga lebih bahagia, dan masa depan Lutim lebih cerah,” ujar Puspawati optimistis.
Dalam presentasinya, Puspawati juga memperkenalkan sederet inovasi khas Lutim yang berfokus pada pencegahan dan intervensi stunting, seperti:
- Gemilang (Gerakan Menikah Sehat Menuju Generasi Cemerlang)
- Mata Buntu (Jemput Rawat Inap Ibu Hamil Terpantau)
- Teko Panas (Teh Kelor Kaya Manfaat Bagi Ibu Hamil)
- Papan Kosavids, Bilik Siap Nikah, Pangkilan Candu, dan Pos Penting (Posyandu Pencegahan Stunting)
“Inovasi-inovasi ini menunjukkan keberpihakan pemerintah daerah terhadap kelompok rentan, terutama ibu hamil dan balita,” tegasnya.
Sinergi Anggaran dan Dunia Usaha
Sementara itu, Kepala Bapelitbangda Lutim, Dohri Ashari, menambahkan bahwa pada 2025 seluruh desa di Lutim telah mengalokasikan Rp85 miliar untuk intervensi sensitif stunting.
Menurutnya, efisiensi ini diiringi dengan dukungan dari sektor swasta.
“PT Vale Indonesia secara rutin menyalurkan dana CSR Rp300 juta per desa per tahun. Sekitar 30 persen dari dana tersebut dialokasikan untuk program stunting,” ungkapnya.
Selain itu, Baznas Luwu Timur turut berkontribusi melalui bantuan langsung bagi anak-anak terdampak stunting sebagai bentuk tanggung jawab sosial keagamaan.




