Mungkin banyak diantara kita masing asing dengan nama Lapandoso. Lapandoso, nama sebuah monumen yang berada tepat di bibir pantai desa Pabbaresseng, kecamatan Bua Kabupaten Luwu.
Monumen ini dibangun sebagai simbol religi awal masuknya Islam di Jazirah Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu, berupa kubah yang tepat dibibir pantai. Konon, disebutkan jika lokasi monumen Lapandoso ini adalah tempat pendaratan Pertama Khatib Datok Sulaiman sang pembawa Agama Islam di Tana Luwu pada tahun 1605 silam.
Sayangnya, sejak dibangun sekitar 1986 secara swadaya oleh masyarakat setempat, meski masih berdiri utuh hingga saat ini, namun tampak monumen ini tidak terawat dengan baik.
Padahal, Monumen Lapandoso ini kerap menjadi daerah kunjungan wisata religi masyarakat, baik pada saat liburan panjang maupun hari hari libur biasa seperti hari minggu. Pengunjungnya pun bukan hanya masyarakat dari Tana Luwu, juga berdatangan wisatawan domestik dari berbagai daerah di Indonesia.
Untuk sampai dilokasi ini juga tidak sulit. Dari jalan trans Sulawesi tepatnya ibu kota kecamatan Bua, terpampang gerbang memasuki desa Pabbaresseng yang merupakan tempat monumen tersebut, pengunjung dapat menempuh jalur sungai dengan menggunakan perahu Katinting (motorboat) atau dengan jalan kaki menyusuri tempat tersebut disepanjang pematang tambak.
Dari kejauhan, terlihat Monumen Lapandoso mulai nampak dengan Kubah putih, bergaris biru terlihat berdiri dibibir pantai disekitarnya terdapat tumbuhan bakau dengan burung-burung air, kerang laut, Ikan dan kepiting sebagai pengaya dari monumen Lapandoso dengan ukuran 2,5 x 2,5 meter.
Meski hanya berupa bangunan kubah kecil saja, namun pengunjung setiap saat cukup banyak, pasalnya dengan nilai religiusnya Lapandoso dijadikan tempat rekreasi masyarakat Kabupaten Luwu yang dapat dijangkau dengan alasan mengenang pendaratan Pertama Khatib Datok Sulaiman sang pembawa Agama Islam di Tanah Luwu tahun 1605 M.
Saleh warga setempat mengungkapkan bahwa beberapa tahun lalu sejak Kabupaten Luwu masih beribukota di Palopo, kegiatan seperti peringatan Napak Tilas mengenang pendaratan Datok Sulaiman diadakan disini dan diteruskan ke makam Tandi Pau di Assallangnge.
“Peringatan Napak Tilas beberapa kali diadakan disini, dan dihadiri sejumlah pejabat seperti PA Tenriadjeng, Basmin Mattayang, Andi Nur Palullu dan sejumlah pejabat dari Makassar,” jelasnya.
Sayangnya ikon sejarah budaya religi Tana Luwu ini sepertinya tak terurus, pondok pengunjung mulai rusak dinding dan pintunya, dan Monumen Lapandoso juga kelihatan miring dan kotor. (Amran Amir/b)