Bappeda Kabupaten Luwu Utara mendeteksi sebanyak 30 desa di daerah itu yang masuk dalam kawasan rawan pangan. 30 desa itu dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni Desa sangat rawan, rawan, dan agak rawan.
Dari data tersebut, kecamatan yang memiliki desa sangat rawan pangan yakni Kecamatan Bone-Bone, dan Tana Lili yang masing-masing memiliki tiga desa. Sementara untuk kategori desa rawan pangan paling banyak yakni di Kecamatan Sabbang sebanyak lima desa.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (BKP3) Lutra, Marthina Simon mengatakan pihaknya telah mengantisipasi dengan memprogramkan sejumlah kegiatan guna menghindari terjadinya ketimpangan distribusi pangan.
“Kami tetap melakukan antisipasi akan ketersediaan pangan, antara lain dengan melakukan pendataan daerah-daerah melalui BP3K di setiap Kecamatan di Lutra, daerah mana saja yang mengalami kekeringan atau rawan pangan, selanjutnya akan meminta bantuan pompa air ke Pemerintah Provinsi Sulsel agar mengairi tanaman mereka khususnya tanaman padi,” ujar Martina.
Dia pun mengungkapkan, dengan langkah antisipasi itu, pihaknya berharap agar kekhawatiran terjadinya penurunan produktifitas beras akan teratasi.
“Kekhawatiran akan terjadinya rawan pangan karena musim kemarau tidak hanya dikeluhkan di Lutra, namun hampir semua daerah di Sulsel. Namun kami menjamin tidak mempengaruhi pangan kita di Lutra
dan hingga saat ini kami belum mendengar laporan dari petani akan terjadinya permasalahan pangan akibat dari gagal panen atau puso,” ujarnya.
Martina mengungkapkan, Dinas Pertanian setempat juga telah membagikan mesin pompa air untuk mengairi sawah mereka yang tidak memiliki irigasi dengan menggunakan air tanah dangkal.
Untuk diketahui, Luwu Utara merupakan Kabupaten ke tiga yang ditetapkan sebagai daerah penyumbang beras terbesar di Sulawesi Selatan setelah Kabupaten Pinrang dan Sidrap.