Sumur para raja (bangsawan), mungkin itulah penafsiran yang tercermin dari nama Bubun Datu, sumber mata air yang terletak di Desa Puty, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, yang dipercaya merupakan tempat mandi para raja Luwu dahulu.
Masyarakat setempat percaya, jika air dari sumur ini memiliki khasiat tertentu, bahkan sebagian warga mengklaim jika air dari Bubun Datu ini memiliki kekuatan magis.
Menurut pengakuan sejumlah warga sekitar, mata air ini tidak pernah kering, meskipun pada cuaca kemarau. Meski dikenal dengan sebutan Bubun atau dalam bahasa Indonesia berarti sumur, namun secara fisik, mata air ini tidak memiliki bentuk seperti sumur pada umumnya. Sumur ini hanya berupa kubangan kecil, dengan air jernih yang keluar dari balik bebatuan yang ada didalamnya. Kedalamannya pun tidak lebih dari dua meter.
Keberadaan Bubun Datu ini sebelumnya sempat menghebohkan warga. Pada tahun 2001 silam, ribuan warga dari berbagai daerah berdatangan ke tempat ini hanya sekedar untuk mengambil air dari Bubun Datu. Warga yang datang percaya, jika khasiat air dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Kini, meski tidak seramai dahulu, masih banyak warga dari luar daerah yang datang ke tempat ini hanya sekedar mengambil air dari Bubun Datu. Bahkan, oleh masyarakat sekitar, telah terbiasa mengonsumsi air dari Bubun Datu tanpa dimasak terlebih dahulu. Mereka percaya, jika air dari Bubun Datu sangat higienis dan bisa langsung dimasak. Hingga kini belum ada pengujian kualitas akan air dari Bubun Datu.
Santo, pengelola Bubun Datu mengatakan, meski jumlah orang yang dating ke Bubun Datu saat ini berkurang disbanding tahun 2001 silam, namun dia mengaku jika permintaan air dari Bubun Datu justru bertambah.
Dia merincikan, saat ini sekitar Dua ton kubik air diangkut keluar dari Bubun Datu. “Setiap hari ada ribuan jeriken yang mengantri untuk diisi dan diambil oleh warga,” ujar Santo.
Banyaknya permintaan akan air dari Bubun Datu ini, juga memberikan berkah tersendiri bagi warga sekitar. Air dari Bubun datu dijual kepada warga sekitar, dan bahkan ada juga yang dijual ke Kota Palopo dan Larompong yang jaraknya sekitar 80 kilometer dari Bubun Datu.
“Kami tidak pernah mematok harga khusus untuk pengambilan air dari sini, namun mereka yang sudah menjadi langganan biasanya memberikan uang ala akadarnya sekedar untuk biaya perawatan dan pemeliharaan tempat ini, sebagian uang kami gunakan untuk membeli bahan bakar untuk pompa air yang digunakan,” ungkap Santo.
Meski begitu, dia menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah akan keberadaan mata air ini. Padahal, mata air ini dinilai merupakan situs peninggalan sejarah yang memiliki hubungan erat dengan Kedatuan Luwu.