Ribuan orang tumpah ruah di Jalan Andi Tadda, tepatnya di depan Rumah Jabatan Wakil Wali Kota Palopo demi menyaksikan Parade Budaya yang merupakan rangkaian acara Festival Kota Pusaka Palopo 2017, Minggu (19/3/17). Parade Budaya ini juga sekaligus dilaksanakan berbarengan dengan acara Closing Ceremony FKP Palopo 2017.
Rintik hujan yang turun sejak awal acara tidak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk menyaksikan langsung Parade Budaya yang menjadi malam puncak pelaksanaan FKP Palopo 2017. Mulai anak-anak hingga orang tua, dari berbagai golongan, suku dan profesi tumpah ruah di acara ini.
Tepat pukul 20.00 WITA, sejumlah peserta parade budaya dari berbagai kelompok, instansi, maupun perwakilan etnis sudah berkumpul di depan istana kedatuan Luwu. Asisten I Bidang Pemerintahan Pemkot Palopo, Burhan Nurdin pun tampak duduk di tenda penghormatan mewakili Wali Kota Palopo, HM Judas Amir.
“Saya menyampaikan permohonan maaf dari Walikota Palopo yang tidak dapat hadir bersama-sama kita di acara ini, sebab beliau sementara mengikuti kegiatan lain yang tidak kalah penting di Jakarta,” ujar Burhan.
Penampilan Drumband SMA Negeri 3 Palopo menjadi kelompok pertama yang memecah suasana menjadi riuh dengan dentuman musiknya. Rintik hujan pun tampak mereda setelah acara Parade Budaya ini dibuka oleh pembaca narasi Parade Budaya, Afif Hamka.
Iring-iringan rapade dari Kedatuan Luwu, menjadi kelompok kedua yang mendapat sambutan meriah dari penonton. Dengan menampilkan puluhan pengawal Istana Kedatuan Luwu yang membawa dua pajung (payung)serta simbol 12 bendera anak suku di Kedatuan Luwu.
Parade ini juga diikuti dengan perwakilan kebudayaan suku-suku yang telah lama bermukim di Tana Luwu, seperti kebudayaan Bali, Jawa, Bugis, dan bahkan Tiongkok.
Selain itu, dalam Parade Budaya ini juga ditampilkan Peragaan Busana atau “Fashion Street”, yang memperagakan pakaian adat asli Luwu yang dikenakan oleh berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja maupun dewasa. “Fashion Street ini murni kami gelar sebagai bahan edukasi, bukan sebagai gagah-gagahan. Kami tampilkan jenis pakaian asli Luwu yang dikenakan oleh bangsawan dan non bangsawan, hal ini agar budaya kita tidak tergerus oleh zaman,” ujar Afif.
Sementara itu, Burhan Nurdin mengucapkan terima kasihnya kepada pihak pelaksana yang telah menggelar kegiatan FKP Palopo 2017. Dia juga mengatakan Parade Budaya ini merupakan hal yang baru di Kota Palopo, yang sifatnya positif dan mendidik.
“Parade budaya ini adalah kegiatan yang sangat mendidik dan telah lama sebenarnya ditungu-tunggu. Kita merayakan kebersamaan ini dalam keberagaman,” tegas Burhan.
Dia mengatakan, Palopo adalah sebuah kota kecil yang memiliki keragaman budaya. Tidak hanya budaya asli Luwu saja, namun masyarakat dari berbagai etnis ada di sini. “Parade Budaya ini telah menggambarkan kepada kita kekayaan budaya yang ada di Tana Luwu. Luwu atau Palopo ini adalah Indonesia kecil yang harus dijaga keberagamannya,” ujar Burhan.
FKP Palopo 2017 merupakan event yang digelar oleh Tim Koordinasi Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) Palopo, yang berada di bawah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Palopo. P3KP sendiri merupakan program bantuan dari Ditjen Penataan Ruang bekerjasama dengan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) untuk mengawal implementasi UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Kota Palopo sendiri telah mendapatkan program ini sejak tahun 2016 lalu, dan menjadi daerah pertama di Sulawesi Selatan.
FKP Palopo 2017 sendiri digelar sejak 17 Maret 2017 lalu selama tiga hari yang dipusatkan di SaodenraE Convention Center. Sejumlah tiem kegiatan yang digelar seperti Pameran Foto, Lukisan, dan Benda Jadul, Massure (pembacaan ayat lontara dari kitab I La Galigo), Pasar Seni Kreatif, dan sejumlah kegiatan lainnya.