Luwuraya.comLuwuraya.comLuwuraya.com
  • Berita
    • Metro
    • Hukum
    • Politik
    • Ekonomi
    • Pendidikan
    • Luwu Timur
    • DPRD Luwu Timur
  • Wisata
    • Budaya
    • Kuliner
    • Rekreasi
  • Infografis
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Hoby
    • Komunitas
  • Lainnya
    • Foto
    • Video
    • Opini
    • Sport
Reading: Perjuangan Masyarakat To Cerekang Menolak Klaim IUP di Hutan Adat
Font ResizerAa
Luwuraya.comLuwuraya.com
Font ResizerAa
Cari
  • Berita
    • Metro
    • Hukum
    • Politik
    • Ekonomi
    • Pendidikan
    • Luwu Timur
    • DPRD Luwu Timur
  • Wisata
    • Budaya
    • Kuliner
    • Rekreasi
  • Infografis
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Hoby
    • Komunitas
  • Lainnya
    • Foto
    • Video
    • Opini
    • Sport
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pengaduan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Metro

Cegah Penyebaran Rabies, Pemkab Luwu Timur Adakan Vaksinasi Gratis di 11 Kecamatan

Ekonomi

Bupati Lutim Tunjuk Kadis DLH Koordinir Penanganan Pipa Bocor Milik PT Vale

Sport

Seru! Lakawali Pantai FC Akhirnya Angkat Trofi Usai Tekuk Balantang FC Lewat Adu Finalti

Sport

Ada Hadiah Sepeda dari Wakil Presiden RI Pada Malam Resepsi Kenegaraan di Luwu Timur

Pendidikan

Malam Resepsi HUT ke-80 RI, Bupati Lutim Apresiasi Pelatih dan Anggota Paskibra

Pendidikan

Luwu Timur Diganjar Mega Buana Award 2025, Bukti Serius Dukung Pendidikan

Ekonomi

Pemkab Luwu Timur Tidak Naikkan PBB, Justru Gratiskan Sejumlah Retribusi

Ekonomi

Animo Peserta Tinggi, KKLT Gelar Pelatihan Memasuki Dunia Kerja Khusus Pemuda Luwu Timur

Beranda » Berita » Perjuangan Masyarakat To Cerekang Menolak Klaim IUP di Hutan Adat
Budaya

Perjuangan Masyarakat To Cerekang Menolak Klaim IUP di Hutan Adat

Redaksi
Redaksi 25 Januari 2025
Share
Pemuda adat To Cerekeng melakukan patrol menjaga hutan. (Foto: Perkumpulan Wallacea/Mongabay Indonesia)
SHARE

Pagi itu, Dusun Cerekang tampak berbeda dari biasanya. Tak ada riuh anak-anak bermain atau suara alat pertanian yang biasa terdengar dari ladang. Sebaliknya, pada 11 Januari 2025 lalu, ratusan masyarakat To Cerekang berkumpul di bawah tenda sederhana, duduk rapi di atas kursi plastik dengan latar pepohonan hijau yang mengelilingi mereka.

Di bawah naungan kain tradisional, mereka tampak mengenakan sarung, simbol kebersamaan yang menyatukan semua kalangan, mulai dari yang tua hingga muda, laki-laki maupun perempuan.

Musyawarah itu berlangsung khidmat di halaman terbuka. Raut wajah penuh konsentrasi dan semangat terlihat dari para peserta. Udara pagi yang segar terasa hangat oleh diskusi serius yang sedang berlangsung.

Suasana musyawarah kampung to Cerekang (Sumber: dok/ist)

Seorang demi seorang masyarakat adat To Cerekang mengangkat tangan, menunggu giliran untuk menyampaikan pendapat mereka tentang ancaman serius yang sedang dihadapi: wilayah hutan adat mereka diklaim masuk dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Prima Utama Lestari (PUL).

BACA JUGA:

Jihadin Paruge Harap Andi Hatta Marakarma Jadi Penjaga Marwah Budaya Luwu Timur

“Tujuan kita berkumpul hari ini adalah untuk bermusyawarah menentukan sikap terhadap wilayah hutan adat kita yang masuk dalam IUP PT PUL,” ucap Risal, Kepala Dusun Cerekang, membuka musyawarah dengan suara yang terdengar lantang di tengah suasana hening.

Perwakilan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perkumpulan Wallacea yang hadir sebagai pemantik diskusi memberikan penjelasan detail. Dari sepuluh lokasi hutan adat Cerekang, tiga di antaranya—Pensimoni, Kasosoe, dan Padang Annungge—masuk dalam wilayah IUP PT PUL dengan total luas 24,43 hektar. Informasi itu memicu diskusi yang semakin hidup.

Peserta musyawarah, baik laki-laki maupun perempuan, tampak antusias. Suara-suara mereka mengisi udara, bergantian mengemukakan pandangan. Ibrahim, salah satu tokoh masyarakat adat, berbicara dengan semangat, “Hutan adat ini adalah warisan leluhur kami yang ada jauh sebelum negara ini berdiri. Tidak ada alasan bagi perusahaan untuk mengelola wilayah tersebut.”

Sementara itu, suara perempuan juga tak kalah kuat menggema di ruang musyawarah itu. Utami, tokoh perempuan To Cerekang, berdiri untuk menyampaikan penolakannya terhadap rencana tambang. “Selain akan merusak hutan adat, aktivitas pertambangan juga mengancam ketersediaan air bersih, kebutuhan paling mendasar bagi kami ibu-ibu rumah tangga,” katanya tegas.

Diskusi yang berlangsung selama empat jam itu akhirnya menghasilkan kesepakatan bulat: masyarakat adat To Cerekang menolak segala bentuk aktivitas di hutan adat mereka dan mendesak pemerintah serta PT PUL untuk segera mengeluarkan wilayah hutan adat dari IUP.

Bagi masyarakat To Cerekang, hutan adat lebih dari sekadar lahan hijau. Ia adalah napas kehidupan, warisan leluhur, dan identitas yang tak tergantikan. Di bawah naungan pohon-pohon rindang, mereka menegaskan satu hal: perjuangan untuk mempertahankan hutan adat ini akan terus berlanjut.

Baca Juga Berita Rekomendasi Lainnya

PT Vale Imbau Warga Towuti Tak Gunakan Air Terdekat, Ternyata Ini Bahaya Pencemaran HSFO

DPRD Luwu Timur Minta PT Vale Lanjutkan Recovery Pasca Kebocoran Pipa Minyak

Pospera Ingatkan Bahaya Kebocoran Pipa PT Vale terhadap Danau Towuti

Cegah Penyebaran Rabies, Pemkab Luwu Timur Adakan Vaksinasi Gratis di 11 Kecamatan

Jihadin Ingatkan PT Vale: “Jangan Biarkan Minyak Cemari Danau Towuti”

Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Email Copy Link Print
Previous Article Jelang Akhir Tugas, Pj Bupati Luwu Sampaikan Pesan Haru dalam Peringatan Isra Mi’raj
Next Article Pj Gubernur Sulsel Nyatakan Dukungan untuk Pengembangan Investasi PT Vale
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pengaduan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Menu
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pengaduan
  • Redaksi
  • Tentang Kami
© Kawal Media Consulting. Luwuraya Media Kreatif. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?