Setelah melewati prosesi upacara medwijati (lahir untuk kedua kalinya-secara filosofi), Ida Bhawati I Made Suarnata kini dinobatkan menjadi Ida Pandita Mpu Paramananda atau Sulinggih.
Sementara istrinya Ida Bhawati Istri Iluh Widya Stuti bergelar Ida Pandita Mpu Rai Istri Paramananda dan Rumahnya dinamakan Griya Kereta Asrama.
Penobatan Ida Bhawati I Made Suarnata sebagai sulinggih dilakukan melalui upacara Rsi Yadnya berupa pediksaan (dwi jati) disaksikan Asisten Pemerintahan yang mewakili Bupati Luwu Timur, Syahidin Halun didampingi PHDI Provinsi Sulsel, Sumaryana, Pembimas Kementerian Sulsel, Simon Kendek di Desa Kertoraharjo Kecamatan Tomoni Timur, Rabu (18/02/15).
Penobatan Ida Pandita Mpu Paramananda dilakukan oleh 33 Pandita yang dikoordinir oleh Ida Pandita Jaya Acarya Nanda dari Bali. Pediksan ini menjadi sah, berdasarkan surat keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Sulsel.
Penyerahan surat keputusan ini langsung diserahkan oleh PHDI Provinsi Sulsel, Sumaryana kepada Ida Pandita Mpu Paramananda.
Ketua Panitia yang juga ketua Paruman Walaka PHDI Luwu Timur, I Wayan Sudiarsa mengatakan bahwa dalam melaksanakan sebuah yadnya harus didasari oleh hati yang suci dan tulus iklas.
Ia menambahkan upacara suci ini langka dilaksanakan Umat Hindu dan saat ini, di Luwu Timur sulinggih sudah berjumlah tiga orang.
Asisten Pemerintahan, Syahidin Halun mengatakan pelaksanaan ibadah umat hindu sarat dengan upacara dan ritual yang tentunya memerlukan peran seorang wiku atau sulinggih untuk memimpin upacara keagamaan.
Selain itu, ia juga berperan dalam memberikan tuntunan dan pengetahuan dalam memaknai setiap upacara untuk membawa umat hindu agar semakin kuat memahami ajaran agamanya.
“Selamat atas penobatan ini, mari kita jaga toleransi dan kebersamaan untuk mewujudkan Luwu Timur yang damai, aman dan sejahtera,” tutupnya. (is/hms)