Hari ini, 23 Januari 2016, Masyarakat Luwu Timur memeringati Hari Perlawanan Rakyat Luwu yang ke-70 bersamaan dengan Peringatan Hari Jadi Luwu ke 748. Momentum untuk memperbarui semangat pembangunan Tana Luwu yang lebih maju, sejahtera, mandiri dan berdaya saing.
Masyarakat Indonesia yang tinggal di luar Sulawesi, mungkin tak banyak yang mengenal
Andi Djemma, Pahlawan Nasional dari Luwu, Sulawesi Selatan. Andi Djemma lahir di Palopo, Sulawesi Selatan, 15 Januari 1901 dan wafat di Makassar, Sulawesi Selatan, 23 Februari 1965. Andi Djemma adalah Raja (Datu) Luwu, yang berjuang di wilayahnya untuk mempertahankan NKRI.
Kedatuan Luwu adalah kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang menyatakan bergabung ke dalam NKRI begitu kemerdekaan dikumandangkan Bung Karno dan Bung Hatta. Andi Djemma kemudian memimpin “Gerakan Soekarno Muda” dan memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu, pada 23 Januari 1946.
Andi Djemma memimpin Rakyat Luwu untuk mengangkat senjata melawan tentara Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration ). Perlawanan itu dibalas Gubernur Jenderal Belanda, Van Mook, dengan menjatuhkan bom ke Kota Palopo. Toh, Andi Djemma bersama rakyatnya tidak gentar dengan serangan bom itu.
Andi Djemma menegaskan bahwa Bumi Sawerigading, julukan Tana Luwu, tidak rela dijajah kembali Belanda, sehingga Perang pun pecah di hampir semua wilayah Luwu. Tanggal 23 Januari, ketika Andi Djemma menyerukan perlawanan terhadap Sekutu sekarang diperingati sebagai Hari Perlawanan Rakyat Semesta oleh masyarakat Luwu.
Tahun ini, Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke-70 yang diperingati bersamaan dengan Peringatan Hari Jadi Luwu ke 748, berlangsung di Kabupaten Luwu Timur dengan mengangkat tema “Peningkatan Akselerasi Menuju Peradaban Yang Lebih Maju”. Peringatan ini tentu tidak diharapkan hanya bermakna seremoni tetapi menjadi sebuah momentum baru untuk memperbaharui semangat pembangunan Tana Luwu yang lebih maju, sejahtera, mandiri dan berdaya saing.
– Gerakan Perlawanan Terbesar
Pejabat Bupati Luwu Timur, Irman Yasin Limpo, mengatakan bahwa di Sulawesi Selatan, Perlawanan Rakyat Luwu memang menjadi gerakan yang terbesar melawan penjajah. Dikisahkan, bahwa pada tanggal 18 Agustus 1945 Kapten Sakata, seorang perwira tentara Jepang menyampaikan kabar kepada Andi Ahmad yang merupakan putra Andi Djemma, bahwa kemerdekaan RI telah diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta.
Atas informasi itu, Andi Ahmad langsung mengambil inisiatif menggelar pertemuan rahasia dengan tokoh pemuda progresif pendukung kemerdekaan dan memprakarsai pembentukan wadah perjuangan “Soekarno Muda”, sekaligus menyampaikan berita ini kepada Kepala Pemerintahan Kerajaan Luwu, Paduka Andi Djemma Datu Luwu, untuk mengambil sikap.
Selanjutnya, semangat kemerdekaan merebak ke dada seluruh Rakyat Luwu. Kabar kemerdekaan pun menyebar mulai dari Kota Palopo sebagai pusat pemerintahan Kedatuan Luwu, sampai ke distrik-distrik atau kesatuan-kesatuan pergerakan di seluruh pelosok desa, kampung dan gunung-gunung.
Meskipun badan-badan atau kelompok-kelompok perjuangan ini beraneka ragam, tetapi mempunyai tekad dan tujuan yang satu yakni, “Merdeka atau Mati”. Kerajaan Luwu menyatakan berintegrasi masuk ke dalam Negara Republik Indonesia.
Hal itu ditandai dengan adanya pernyataan Sri Paduka Datu Luwu pada masa itu Andi Djemma yang antara lain menyatakan “Kerajaan Luwu adalah bagian dari Wilayah Kesatuan Republik Indonesia”. Perjuangan Rakyat Luwu dalam menentang penjajah mendapat pengakuan secara nasional dan dikukuhkan dengan piagam penghargaan angkatan perang Republik Indonesia tanggal 5 Oktober 1951.
Kini di masa kemerdekaan, Rakyat Luwu bahu-membahu melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraannya, tak terkecuali masyarakat Kabupaten Luwu Timur. Penjabat Bupati Luwu Timur, Irman Yasin Limpo, mengatakan sangat mengapresiasi semangat kebersamaan masyarakat Luwu Timur.
“Meskipun masyarakat Luwu Timur heterogen, terdiri dari berbagai suku dan keyakinan, namun menciptakan kedamaian dalam persatuan yang utuh, untuk menciptakan kemandirian sehingga terwujud kemakmuran dan kesejahteraan,” kata Irman Yasin Limpo.
Irman mengingatkan, bahwa Hari Perjuangan Rakyat Luwu dalam konteks kekinian, hendaknya di maknai sebagai suatu Tugas Bersama, Tugas Empat Wilayah Administratif di Tana Luwu, yakni Pemerintah Kota Palopo, Pemerintah Kabupaten Luwu, Pemerintah Kabupaten Luwu Utara dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur.
“Semuanya memiliki satu tekad, mengejawantahkan seluruh mimpi bersama yaitu Tana Luwu menjadi pilar utama pembangunan Sulawesi Selatan, menuju peradaban yang lebih maju. Mimpi ini bukan sekedar mimpi biasa, Tana Luwu memiliki segala Potensi Besar baik dari Sektor Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur terlebih lagi Sektor Pertaniannya,” papar Irman Yasin Limpo.
Inilah saatnya, bagi Tana Luwu, bukan lagi berjuang dengan menggunakan Bambu Runcing di tangan, tapi Tana Luwu dengan Potensi Besarnya harus mampu menjadikan dirinya sebagai Pilar di Timur Sulawesi Selatan.
“Ini momen besar kita untuk mewujudkan mimpi besar kita bersama, bukan saatnya lagi kita beradu otot tapi mari bersatu tekad, dengan Ide Besar, dengan Potensi Tekhnologi, Potensi Sumber Daya Alam dan Potensi Sumber Daya Manusia yang di miliki Tana Luwu, mari ciptakan suatu peradaban baru di Sulawesi Selatan. Peradaban yang membawa kesejahteraan dan kedamaian bagi seluruh Masyarakat Tana Luwu,” kata Irman.
– Jangan Ragu Bermimpi
Irman Yasin Limpo menambahkan bahwa bukanlah sebuah kemustahilan, jika masyarakat Luwu bermimpi bahwa Tana Luwu nanti memiliki Stasiun Kereta Api, memiliki Bandara sehingga mempersingkat jarak tempuh antar wilayah. “Jangan ragu untuk bermimpi, kalau bermimpi itu jangan setengah-setengah, mimpilah yang besar dan tekad yang besar untuk mewujudkannya, maka hal yang besar pula akan tercapai,” tegas None, sapaan akrab Irman Yasin Limpo.
“Kita tentu tidak melupakan Perjuangan para Pahlawan memperjuangkan Kemerdekaan RI dan Tana Luwu. Sebagai generasi penerus semangat kepahlawanan, dengan tidak mengesampingkan tradisi dan budaya serta kearifan lokal Tana Luwu, seluruh Rakyat Tana Luwu sebagai sesama Wija To Luwu, serta seluruh komponen masyarakat harus bersikap optimis dan berpikir positif bahwa menjadi pahlawan diera saat ini tidak lagi memperjuangkan kedaulatan negara tapi bagaimana membangun kesepahaman untuk menyatukan langkah meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” papar Irman.
Menurut Irman, sebagai bentuk komitmen Wija To Luwu, Empat Pemerintah Daerah kini telah membentuk Badan Kerjasama Pembangunan Tana Luwu (BKP-TL) yang diawali dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman oleh Walikota Palopo, HM. Judas Amir, Bupati Luwu, H. Andi. Mudzakkar, Bupati Luwu Utara, H. Arifin Djunaedi dan Bupati Luwu Timur, H. Andi Hatta Marakarma.
Penandatanganan MoU itu disaksikan langsung Sri Paduka Datu Luwu, H. Andi Maradang Mackulau Opu To Bau, Para Ketua DPRD se Tana Luwu, Sekda, Bappeda, Dinas Pendapatan, dan Kabag Organisasi dan Kabag Hukum se Tana Luwu. Penandatanganan berlangsung di Rumah Jabatan Bupati Luwu Timur, Selasa 25 Agustus 2015.
“Ini menjadi sebuah tonggak baru dalam memberikan makna terhadap sejarah perjuangan Rakyat Tana Luwu. Apalagi dasar hukum kerjasama daerah ini dimungkinkan karena telah diatur dalam Permendagri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Kerjasama Daerah,” kata Irman.
Dengan dibentuknya BKP-TL maka diharapkan pembangunan di Tana Luwu akan semakin berkembang, dengan kondisi yang lebih kondusif. Masyarakat Luwu juga diharapkan dapat menjaga kebersamaan dalam hubungan yang lebih erat, serta mampu menghindari hal-hal yang bisa merusak kekompakan yang berpotensi menghambat pembangunan untuk kesejahteraan bersama.