Langkah Banyumas dalam menata pengelolaan sampah berbuah perhatian nasional. Penjabat (Pj.) Wali Kota Palopo, Firmanza DP, bersama jajaran Pemerintah Kota Palopo, menyambangi Banyumas untuk mempelajari pendekatan inovatif kabupaten ini terhadap persoalan sampah, Senin (13/1/2025).
Dikenal dengan program andalannya, Sumpah Beruang (Sulap Sampah Berubah Jadi Uang), Banyumas sukses mengubah krisis sampah tahun 2018 menjadi peluang ekonomi. Dalam empat tahun terakhir, mereka merumuskan strategi berbasis pemberdayaan masyarakat dengan target ambisius, menuju wilayah bebas sampah (zero waste).
“Keberhasilan Banyumas menjadi inspirasi. Program ini tidak hanya soal pengelolaan sampah, tetapi juga membangun kemandirian masyarakat, kita berharap bisa mengadopsi keberhasilan ini ke Kota Palopo,” ujar Firmanza di sela kunjungannya.
Program Sumpah Beruang menghilangkan konsep Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) konvensional. Sebagai gantinya, 29 unit Pengelolaan Sampah Terpadu (TPS3R) kini berdiri kokoh, semuanya dikelola oleh Kelompok Sosial Masyarakat (KSM).
Dalam skema ini, pemerintah daerah mengurangi anggaran pengelolaan sampah hingga 50 persen, menggantinya dengan iuran sampah yang disepakati langsung antara KSM dan warga.
Pendapatan KSM berasal dari dua sumber utama: iuran warga dan hasil pengolahan sampah. Sampah organik diubah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik dijadikan bahan baku material seperti paving block dan genteng, hingga bahan Refuse-Derived Fuel (RDF) untuk energi. Bahkan, limbah yang tersisa diproses dengan metode pyrolysis untuk menghasilkan material pemeliharaan jalan.
Yang menarik, digitalisasi juga menjadi motor penggerak. Aplikasi SALIMAS (Sampah Online Masyarakat) mempermudah warga menjual kompos mereka kepada pemerintah, sementara JEKNYONG (Ojek Inyong) berfungsi sebagai layanan pengangkutan sampah anorganik.
“Kami tidak hanya ingin mengelola sampah, tetapi juga menciptakan nilai tambah dari sampah itu sendiri,” kata perwakilan Pemerintah Kabupaten Banyumas.