Di tengah perayaan Hari Jadi ke-22 Kabupaten Luwu Timur, hadir satu momen strategis yang bisa menjadi titik balik bagi ketahanan pangan daerah, yakni penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pembangunan pabrik beras skala besar antara Pemkab Luwu Timur dan PT Menata Citra Selaras (MCS).
Namun, siapa sebenarnya PT MCS—perusahaan yang akan membangun industri perberasan modern pertama di Luwu Timur?

Dari Limbah Besi ke Ketahanan Pangan
PT Menata Citra Selaras (MCS) berdiri sejak tahun 2008 dengan core bisnis awal di sektor perdagangan limbah besi. Namun pada 2013, mereka mengambil langkah berani untuk masuk ke sektor pangan, yakni dengan membangun pabrik penggilingan beras modern di Bekasi.
Kami melihat sektor pangan bukan hanya sebagai peluang bisnis, tapi juga bentuk kontribusi untuk mendukung ketahanan pangan nasional,” ungkap Direktur PT MCS, Yogi Prabowo.
Berbeda dari investor pada umumnya, MCS menegaskan bahwa mereka tidak datang sebagai pesaing bagi penggilingan lokal, tapi sebagai agregator.
“Kami ingin semuanya tumbuh bersama: petani, penggilingan lokal, pelaku distribusi. Yang kami bangun adalah ekosistem, bukan hanya pabrik,” ujar Yogi.
Model bisnis PT MCS di rancang untuk memberdayakan rantai nilai lokal, mulai dari pendampingan petani, pelatihan penggilingan kecil, hingga membuka akses pasar domestik dan ekspor.
Feasibility Study dan Proyek Bersama
Saat ini, proyek masih dalam tahap feasibility study (Studi Kelayakan) yang akan berlangsung 1–6 bulan ke depan. Dua lokasi potensial yang sedang dikaji adalah Malili dan Mangkutana, dua titik strategis yang masuk dalam rencana kawasan industri agro Pemkab Luwu Timur.
Kapasitas awal pabrik ditargetkan 100 ton per hari, dengan skenario ekspansi hingga 1.000 ton per hari, menyesuaikan dengan permintaan pasar dan kesiapan infrastruktur.

PT MCS menargetkan transformasi industri beras lokal agar lebih kompetitif secara kualitas dan efisiensi. Salah satu misi besarnya adalah membuka jalur ekspor beras yang melibatkan petani dan penggilingan lokal.
“Kami ingin membawa industri perberasan di Luwu Timur naik kelas, dari sisi mutu, skala, dan jaringan,” tambah Yogi.
Yogi menegaskan bahwa pembangunan ini harus menjadi milik masyarakat, bukan hanya milik investor.
“Keterlibatan warga lokal bukan hanya penting, tapi mendasar. Kami ingin proyek ini memberi dampak sosial yang nyata bagi Luwu Timur.”
Pembangunan pabrik ini bukan sekadar investasi, tapi bagian dari visi besar menjadikan Luwu Timur sebagai lumbung pangan yang modern, inklusif, dan berdaya saing tinggi.