Anggota DPRD Kabupaten Luwu Utara menyatakan antisipasi dini pihak Dinas Kesehatan Pemkab Luwu Utara terkait persoalan demam berdarah dengue (DBD) masih kurang. Pasalnya, Dinkes Lutra kecolongan lantaran pada tahun 2012 terdapat sebanyak 110 kasus 9 diantaranya meninggal dunia, dan ditahun 2013 terhitung Januari hingga Februari 42 kasus, dua meninggal dunia akibat DBD.
“Banyak yang mengeluhkan soal penanganan kasus DBD. Selama ini tanggap darurat bagaimana kok bisa sampai kecolongan di tahun 2013 ini sudah dua orang meninggal. Padahal di tahun 2012 lalu 9 orang yang meninggal karena DBD. Seharusnya kejadian tahun lalu jadi pelajaran dan ditahun ini bisa di antisipasi sejak dini,” kata Anggota DPRD Lutra, Hamka Muslimin, Senin (8/4/13).
Menurutnya semestinya puskesmas bisa mengambil tindakan sedini mungkin. Dia menilai birokrasi penanganan masalah kesehatan terutama bagi masyarakat penerima layanan kesehatan baik dari Puskesmas maupun dari RSUD Andi Jemma Masamba masih bertele-tele.
Hamka menuturkan dirinya pernah mendapat laporan dari masyarakat bahwa ada masyarakat yang terkena DBD dan sudah membawa bukti laboratorium. Namun, lanjutnya, saat di puskesmas tak dilayani sesegera mungkin.
“Jangan terlalu birokrasi bertele-tele. Ada masyarakat yang membawa laporan terkena DBD tetapi tidak mendapat penanganan secepatnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Hamka menuturkan DBD merupakan siklus tahunan yang bisa diantisipasi sedini mungkin.
“Apalagi ini siklus tahunan. Semestinya sebelum memasuki siklus tersebut sudah diambil tindakan,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Luwu Utara, Dr Hj Nurhusnah ketika dikonfirmasi membenarkan jumlah warga yang terserang DBD meningkat dari hari-hari kehari. “Selama kurun waktu Januari 2013 ini, tercatat kasus DBD yang menimpa masyarakat 42 orang, dua diantaranya meninggal,” kata Nurhusnah.
Menurutnya pihak Dinkes Lutra mengoptimalkan untuk fokus memberantas penyakit deman berdarah yang dari tahun ketahun bertambah jumlah penderitanya. Keseriusan Dinkes ditandai dengan melakukan lounching Gerakan Serentak (Gertak) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD pada bulan Februari lalu.
“Saat ini tindakan yang kita lakukan harus luar biasa, tidak bisa biasa biasa saja. Gertak PSN DBD ini lahir dari akibat semakin meningkatnya kasus DBD yang melanda Luwu Utara, karena itu Dinas Kesehatan mencoba memberikan kesadaran ke pada masyarakat akan bahaya DBD dan pentingnya kesadaran masyarakat untuk memperhatikan lingkungannya agar dapat menjaga kebersihan,” ujarnya.
Arief Abadi