Umat Hindu di Kabupaten Luwu Timur memperingati Dharmasanti yang bertemakan “Melalui Dharmasanti Kita Tingkatkan Solidaritas Sebagai Perekat Keragaman Dalam Menjaga Kerukunan Antar dan Intern Umat Beragama”. Peringatan itu berlangsung di Wantilan Pura Agung Amertasari Desa Taripa Kecamatan Angkona, Sabtu (21/04/2018).
Dalam laporan ketua panitia, I Gede Widarta mengatakan bahwa, pelaksanaan nyepi adalah konsep memulai dari nol dan kembali pada nol. Konsep memulai dari nol sebagai konsep nyepi sebagai keheningan (nol), kemudian setelah pelaksanaan nyepi kembali pada nol yaitu mencapai moksatam jagadhita.
“Dalam konteks untuk pencapaian jagadhita (kesejahteraan) pada kehidupan nyata, maka dilaksanakanlah Dharmasanti pada awal tahun baru saka yang bertujuan untuk menjaga harmonisasi manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan,” katanya.
“Dalam konteks kesejahteraan alam nyata, perlu kita melakukan interkoneksi dengan lingkungan dengan masyarakat sehingga pada saat memulai yang baru, kita memulai dengan acara Dharmasantih,” jelasnya.
kegiatan Dharmasanti Desa Taripa merupakan Dharmasanti yang pertama kalinya diadakan di Desa Taripa.
Bupati Luwu Timur, HM. Thorig Husler yang hadir secara langsung dalam acara Dharmasanti mengapresiasi acara Dharmasanti yang digelar oleh umat Hindu tersebut. Menurut dia, jika dalam ajaran Islam, Dharmasanti itu sama dengan Halal Bihalal. “Pada dasarnya sama, jadi disini bisa kita melihat bahwa tidak ada persatuan tanpa adanya keberagaman atau perbedaan,” katanya.
Husler juga menyatakan, bahwa di Kabupaten Luwu Timur kehidupan masyarakatnya sangat pluralis. Artinya, hampir semua suku dan agama ada di Luwu timur, mulai dari Islam, Hindu, Budha, Kriten maupun Protestan. Begitu juga suku disini sangat beragam. Salah satu cara menjaga keberagaman itu adalah saling menghargai satu sama lainnya.
“Perbedaan itu bukan hal yang harus diperdebatkan. Tapi dihargai sebagai hal yang memang lumrah adanya,” jelas Husler.