BerandaOpiniOPINI | Piala Dunia, Pilpres dan Puasa

OPINI | Piala Dunia, Pilpres dan Puasa

Di saat kita larut dalam hiruk-pikuk pesta demokrasi lima tahunan bernama Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, kita kembali disuguhkan sebuah pertunjukan dahsyat empat tahunan dari para penari lapangan hijau.

Ya, pesta sepak bola dunia, Brasil 2014, yang merupakan Piala Dunia edisi ke-20, kembali hadir di layar kaca dan menyapa kita, para penggila bola. Tidak kurang miliaran pasang mata bakal terhipnotis aksi para pemain bintang lapangan hijau yang akan menari samba, tango, salsa, tiki-taka, kick and rush, total football dan catenaccio selama sebulan.

Sepak Bola Piala Dunia tentu akan menyita perhatian kita sebulan penuh. Pun dengan pesta politik yang kini tengah mengalami goncangan dahsyat akibat parade Kampanye Hitam yang kian hari semakin meningkat seiring mendekatnya hari pencoblosan pada 9 Juli mendatang.

Kehadiran Piala Dunia diharapkan bisa sedikit mendinginkan atmosfer rivalitas kontestan Pilpres. Ketika kita masih kuat bertahan pada satu pilihan, meski pilihan kita itu diberondong peluru bernama fitnah, maka kehadiran Piala Dunia sedikit bisa menurunkan tensi persaingan antarpendukung.

Mari hilangkan perbedaan pilihan politik, dinginkan mesin politik, mari sambut Piala Dunia dengan sejuta harapan agar Piala Dunia dan Pilpres berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan yang bisa memecah-belah keutuhan kita sebagai manusia sosial.

Dalam sepak bola, kita diajarkan betapa urgennya perbedaan sebagai sebuah wahana saling melengkapi. Dalam sepak bola, kita bebas menentukan pilihan jagoan masing-masing sebagai upaya penegakan demokrasi yang memuliakan perbedaan. Dalam sepak bola, kita dituntut menjunjung tinggi fair play. Dalam sepak bola, kita diajarkan untuk bersikap legowo dan mengakui kehebatan lawan.

Nah, seharusnya pesta politik yang sudah semakin dekat ini harus mampu menapaktilasi nilai-nilai sepak bola itu sendiri. Jika di sepak bola kita bebas menentukan tim jagoan, maka seharusnya di Pilpres mendatang orang bebas menentukan pilihannya tanpa ada intimidasi dan intervensi dari pihak mana pun.

Jika di sepak bola kita berbeda jersey, maka di Pilpres, perbedaan itu harus dijunjung tinggi sebagai sebuah ke-HALAL-an dalam era demokrasi. Jika di sepak bola ada yang namanya fair play, maka Pilpres akan menjadi elok ketika Capres/Cawapres beserta para pendukungnya mampu bermain dengan tidak mencederai nilai-nilai demokrasi.

Jika di sepak bola kita dituntut menerima kekalahan dan menghormati yang menang, maka di Pilpres  mendatang, siapun yang kalah, harus menerima kekalahan dengan lapang dada, dan mendukung yang menang dengan satu tujuan, demi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Di Piala Dunia ada Argentina, Brasil, Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, Uruguay dan Prancis sebagai kekuatan terbesar dalam dunia sepak bola. Semua akan berjuang menjadi yang terbaik dengan cara-cara yang elegan, stylish, dan patriotik.

Pun di Pilpres kali ini, dua pasang kompetitor terbaik negeri ini, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, akan berjuang menjadi yang terbaik di mata rakyat Indonesia. Intinya, semua bergerak menuju arah yang terbaik, di mana tujuan akhir yang ingin dicapai adalah kemenangan dengan cara-cara yang elegan, bukan kemenangan dengan cara-cara yang kotor.

Kampanye fair play dan anti racism di Piala Dunia harus seiring sejalan dengan kampanye putih dan kampanye sehat di Pilpres. Say No To Racism and Say No To Black Campaign. Semua harus berjuang dengan mengedepankan nilai-nilai fair play.

Nah, di saat dua pesta menghampiri kita, datanglah Bulan Suci Ramadlan pada Juni ini, yang juga sebulan akan kita jalani dengan khusyuk, penuh keikhlasan. Semoga kehadiran bulan suci umat muslim yang sudah di depan mata ini bisa menambah keyakinan kita bahwa dua pesta, politik dan olahraga, bisa berakhir seperti yang kita harapkan bersama, MENANG BERMARTABAT dan KALAH TERHORMAT.

Akhirnya, turnamen sepak bola Piala Dunia nantinya bisa mendapatkan juara yang sejati, dan Indonesia bisa mendapatkan pemimpin yang sederhana, amanah, egaliter dan legitimate. Dan kita pun menjalani ibadah puasa dengan predikat taqwa usai ramadlan kelak. Amin ya Robbal Alamin.  Mari berpesta…..!

spot_img
spot_img
REKOMENDASI
Related News