Musim panen tiba, dan Tana Luwu menjawab panggilan nasional dengan kesungguhan yang tak main-main. Gema sabit dan doa menyatu dalam satu semangat: menjaga dapur bangsa tetap mengepul.
Hari itu, Senin pagi (7/4/2025), Presiden Prabowo Subianto memimpin panen raya serentak dari Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Acara ini menjadi panggung bagi 14 provinsi dan lebih dari 170 kabupaten/kota untuk menunjukkan kekuatan pangan masing-masing.
Namun di jazirah timur Sulawesi Selatan, ada yang berbeda, Luwu Raya tak hanya berpartisipasi, ia menonjol.

Di Luwu, Bupati Patahudding dan Wakil Bupati Muhammad Dhevy Bijak Pawindu menyambut panen di Desa Seppong, Kecamatan Belopa Utara.
Didampingi DPRD, TNI-Polri, dan petani, mereka menyabit hasil dari 40 hektare lebih lahan, simbol nyata dari ketekunan dan kolaborasi.
“Sebagaimana amanat Presiden, kita harus bersatu menjaga kesejahteraan petani,” kata Patahudding, sembari menegaskan kesiapan Luwu mendukung program swasembada nasional.

Tak berselang jauh, Kota Palopo menggelar panen di Luminda I, Kelurahan Pajjalesang.
Sekda Ilham Hamid, menyatu bersama masyarakat dan kelompok tani. Tak ada protokol mewah, hanya semangat gotong royong dan keyakinan bahwa kedaulatan pangan dimulai dari lumbung sendiri. “Ini bukan seremoni, ini komitmen,” ujarnya singkat namun tajam.
Lebih ke utara, di Luwu Utara, hamparan padi di Desa Marannu menjadi saksi kerja keras yang tidak sia-sia.

Bupati Luwu Utara Andi Abdullah Rahim menegaskan posisi daerahnya sebagai penyumbang utama sektor pertanian di Sulsel. Dengan produksi mencapai 259 ribu ton gabah kering per tahun dan kontribusi pertanian terhadap PDRB sebesar 52 persen, Luwu Utara bukan sekadar penghasil—ia pemimpin.
“Target kami ke depan jelas, serap sendiri, produksi sendiri, berdaulat di rumah sendiri,” ujarnya lantang, sembari menyebut skema serapan Bulog dengan harga premium Rp6.500/kg sebagai bentuk perlindungan terhadap petani.
Sementara itu, dari tanah pesisir Angkona, Wakil Bupati Luwu Timur, Puspawati Husler berdiri di tengah petani Kelompok Baru Muncul, menyambut panen dengan rasa syukur.

Tak hanya panen yang ia soroti, tetapi juga pentingnya sinergi. “Petani bukan hanya penghasil, mereka pilar ekonomi. Dan tugas kita, pemerintah, adalah memastikan mereka tak berjalan sendiri,” tegasnya.
Usai panen, ia bersama Forkopimda menyaksikan langsung penyerapan gabah oleh Bulog, menjamin nilai ekonomis petani tetap stabil di tengah fluktuasi pasar.
Presiden Prabowo dalam arahannya menyebut bahwa swasembada pangan bukan pilihan, melainkan keharusan. Ia memerintahkan agar harga bahan pangan seperti telur dan daging ditekan demi keseimbangan gizi masyarakat. “Tanpa pangan, tak ada NKRI,” katanya.
Tana Luwu, yang terdiri dari Luwu, Palopo, Luwu Utara, dan Luwu Timur, menjawab pernyataan itu dengan tindakan nyata.
Di tengah arus program nasional dan slogan-slogan birokrasi, petani di keempat daerah ini tetap setia menanam dan memanen.